8 Jenis Anggaran Operasional Perusahaan & Contoh Kasus

by ADMIN 55 views

Hey guys! Pernahkah kalian bertanya-tanya, gimana sih perusahaan besar kayak PT Berdikari bisa merencanakan keuangan mereka dengan begitu matang? Salah satu kuncinya adalah dengan membuat anggaran operasional yang komprehensif. Nah, kali ini kita bakal bahas tuntas tentang 8 jenis anggaran operasional perusahaan yang mencakup semua aktivitas utama, lengkap dengan contoh kasus biar makin mudah dipahami. Yuk, simak!

Pentingnya Anggaran Operasional bagi Perusahaan

Sebelum kita masuk ke jenis-jenisnya, penting banget buat kita pahami dulu kenapa anggaran operasional itu krusial. Anggaran operasional ini bisa dibilang blueprint keuangan perusahaan untuk periode tertentu, biasanya satu tahun. Dengan adanya anggaran operasional, perusahaan bisa:

  • Merencanakan dan mengendalikan aktivitas operasional: Anggaran membantu manajemen dalam merencanakan kegiatan produksi, penjualan, pemasaran, dan kegiatan operasional lainnya secara terstruktur.
  • Mengalokasikan sumber daya secara efektif: Dengan anggaran, perusahaan bisa mengidentifikasi area mana yang membutuhkan dana lebih besar dan area mana yang bisa diefisienkan.
  • Mengevaluasi kinerja: Anggaran menjadi tolok ukur untuk menilai kinerja aktual perusahaan. Jika ada perbedaan signifikan antara anggaran dan realisasi, manajemen bisa segera mengambil tindakan korektif.
  • Mengkoordinasikan berbagai departemen: Anggaran operasional melibatkan berbagai departemen dalam perusahaan, sehingga membantu menciptakan koordinasi dan sinergi yang lebih baik.

Tanpa anggaran operasional yang jelas, perusahaan bisa kehilangan arah, boros dalam pengeluaran, dan kesulitan mencapai target yang diinginkan. Jadi, bisa dibilang anggaran operasional ini adalah fondasi penting bagi kesehatan finansial perusahaan.

8 Jenis Anggaran Operasional Perusahaan

Oke, sekarang kita masuk ke inti pembahasan, yaitu 8 jenis anggaran operasional perusahaan. Masing-masing anggaran ini punya peran penting dalam mengelola berbagai aspek operasional perusahaan:

1. Anggaran Penjualan

Anggaran penjualan adalah fondasi dari semua anggaran operasional lainnya. Kenapa? Karena anggaran ini memproyeksikan berapa banyak produk atau jasa yang akan dijual perusahaan dalam periode mendatang. Anggaran penjualan ini sangat krusial karena mempengaruhi semua aspek operasional perusahaan, mulai dari produksi hingga pemasaran. Tanpa proyeksi penjualan yang akurat, perusahaan bisa salah langkah dalam perencanaan produksi, persediaan, dan pengeluaran lainnya. Dalam menyusun anggaran penjualan, perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor, seperti tren pasar, kondisi ekonomi, aktivitas pesaing, dan strategi pemasaran yang akan dijalankan.

Misalnya, PT Berdikari sebagai produsen benang, perlu melakukan riset pasar untuk mengetahui permintaan benang di tahun depan. Apakah permintaan akan meningkat, menurun, atau stagnan? Informasi ini akan menjadi dasar untuk menentukan target penjualan yang realistis. Selain itu, PT Berdikari juga perlu mempertimbangkan kapasitas produksi mereka yang mencapai 2.000 ton per tahun. Apakah kapasitas ini cukup untuk memenuhi target penjualan? Jika tidak, perusahaan perlu mempertimbangkan untuk meningkatkan kapasitas produksi atau mencari alternatif lain.

Anggaran penjualan biasanya disusun dalam unit dan nilai uang. Misalnya, PT Berdikari menargetkan penjualan 1.500 ton benang dengan harga rata-rata Rp 20.000 per kg. Maka, anggaran penjualan PT Berdikari adalah 1.500 ton x Rp 20.000 = Rp 30.000.000.000. Angka ini akan menjadi acuan bagi departemen lain, seperti departemen produksi dan pemasaran, dalam menyusun anggaran mereka.

2. Anggaran Produksi

Setelah anggaran penjualan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menyusun anggaran produksi. Anggaran ini merencanakan berapa banyak produk yang perlu diproduksi untuk memenuhi target penjualan dan menjaga tingkat persediaan yang diinginkan. Bayangin aja, kalau anggaran penjualan bilang kita harus jual 1.500 ton benang, anggaran produksi harus bisa memastikan kita punya cukup benang untuk dijual, kan? Anggaran produksi ini sangat penting untuk menghindari kekurangan atau kelebihan persediaan. Kekurangan persediaan bisa menyebabkan kehilangan penjualan, sementara kelebihan persediaan bisa menyebabkan biaya penyimpanan yang tinggi dan risiko kerusakan.

Dalam menyusun anggaran produksi, perusahaan perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti:

  • Anggaran penjualan: Tentu saja, target penjualan adalah faktor utama dalam menentukan jumlah produksi.
  • Persediaan awal: Berapa banyak produk yang sudah ada di gudang pada awal periode?
  • Persediaan akhir yang diinginkan: Berapa banyak produk yang ingin disimpan di gudang pada akhir periode sebagai buffer?

Rumus sederhana untuk menghitung anggaran produksi adalah: Produksi = Penjualan + Persediaan Akhir - Persediaan Awal. Misalnya, PT Berdikari menargetkan penjualan 1.500 ton benang, memiliki persediaan awal 200 ton, dan ingin memiliki persediaan akhir 300 ton. Maka, anggaran produksi PT Berdikari adalah 1.500 + 300 - 200 = 1.600 ton.

3. Anggaran Biaya Bahan Baku Langsung

Anggaran biaya bahan baku langsung merencanakan berapa banyak bahan baku yang dibutuhkan untuk memenuhi anggaran produksi. Anggaran ini mencakup baik kuantitas bahan baku yang dibutuhkan maupun biaya per unitnya. Untuk PT Berdikari sebagai produsen benang, bahan baku utama tentu saja adalah kapas. Anggaran ini akan merinci berapa banyak kapas yang dibutuhkan untuk memproduksi 1.600 ton benang, berapa harga kapas per kilogram, dan total biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli kapas.

Anggaran biaya bahan baku langsung ini penting banget untuk mengendalikan biaya produksi. Dengan merencanakan kebutuhan bahan baku secara cermat, perusahaan bisa menghindari pemborosan dan memastikan ketersediaan bahan baku yang cukup. Dalam menyusun anggaran ini, perusahaan perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti:

  • Anggaran produksi: Berapa banyak produk yang akan diproduksi?
  • Standar penggunaan bahan baku: Berapa banyak bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk?
  • Harga bahan baku: Berapa harga bahan baku per unit?
  • Persediaan bahan baku: Berapa banyak bahan baku yang sudah ada di gudang?

Misalnya, untuk memproduksi 1 ton benang, PT Berdikari membutuhkan 1,2 ton kapas. Maka, untuk memproduksi 1.600 ton benang, dibutuhkan 1.600 x 1,2 = 1.920 ton kapas. Jika harga kapas per kilogram adalah Rp 15.000, maka total biaya bahan baku langsung adalah 1.920.000 kg x Rp 15.000 = Rp 28.800.000.000.

4. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung

Selain bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung juga merupakan komponen penting dari biaya produksi. Anggaran ini merencanakan berapa banyak jam kerja tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk memenuhi anggaran produksi dan berapa tarif upah per jamnya. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi, seperti operator mesin, perakit, dan pekerja pabrik lainnya. Anggaran ini membantu perusahaan dalam mengelola biaya tenaga kerja dan memastikan ketersediaan tenaga kerja yang kompeten.

Dalam menyusun anggaran biaya tenaga kerja langsung, perusahaan perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti:

  • Anggaran produksi: Berapa banyak produk yang akan diproduksi?
  • Standar jam kerja tenaga kerja langsung: Berapa jam kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk?
  • Tarif upah tenaga kerja langsung: Berapa upah per jam yang harus dibayarkan kepada tenaga kerja langsung?

Misalnya, untuk memproduksi 1 ton benang, dibutuhkan 10 jam kerja tenaga kerja langsung. Maka, untuk memproduksi 1.600 ton benang, dibutuhkan 1.600 x 10 = 16.000 jam kerja. Jika tarif upah tenaga kerja langsung adalah Rp 20.000 per jam, maka total biaya tenaga kerja langsung adalah 16.000 jam x Rp 20.000 = Rp 320.000.000.

5. Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Anggaran biaya overhead pabrik mencakup semua biaya produksi selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik ini bisa bersifat tetap (fixed) maupun variabel. Contoh biaya overhead pabrik antara lain biaya sewa pabrik, biaya listrik, biaya depresiasi mesin, biaya perawatan mesin, biaya asuransi pabrik, dan gaji supervisor pabrik. Anggaran ini membantu perusahaan dalam mengendalikan biaya-biaya yang tidak langsung terkait dengan produksi, tetapi tetap penting untuk kelancaran proses produksi.

Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik, perusahaan perlu mengidentifikasi semua jenis biaya overhead pabrik dan memperkirakan besarnya masing-masing biaya. Untuk biaya overhead pabrik variabel, perhitungannya biasanya didasarkan pada tingkat produksi. Misalnya, biaya listrik akan semakin tinggi jika produksi semakin tinggi. Sementara itu, biaya overhead pabrik tetap biasanya tidak terpengaruh oleh tingkat produksi.

Misalnya, PT Berdikari memperkirakan biaya sewa pabrik sebesar Rp 100.000.000 per tahun, biaya listrik sebesar Rp 50.000.000 per tahun, biaya depresiasi mesin sebesar Rp 30.000.000 per tahun, dan biaya perawatan mesin sebesar Rp 20.000.000 per tahun. Maka, total biaya overhead pabrik adalah Rp 100.000.000 + Rp 50.000.000 + Rp 30.000.000 + Rp 20.000.000 = Rp 200.000.000.

6. Anggaran Persediaan Akhir Barang Jadi

Anggaran persediaan akhir barang jadi merencanakan berapa banyak barang jadi yang ingin disimpan di gudang pada akhir periode. Anggaran ini penting untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki cukup barang jadi untuk memenuhi permintaan pelanggan di periode berikutnya. Anggaran ini juga membantu perusahaan dalam mengelola biaya penyimpanan persediaan. Ingat, persediaan yang terlalu banyak bisa menyebabkan biaya penyimpanan yang tinggi dan risiko kerusakan, sementara persediaan yang terlalu sedikit bisa menyebabkan kehilangan penjualan.

Dalam menyusun anggaran persediaan akhir barang jadi, perusahaan perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti:

  • Target penjualan di periode berikutnya: Berapa banyak produk yang diperkirakan akan dijual di periode berikutnya?
  • Lead time produksi: Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang?
  • Biaya penyimpanan persediaan: Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk menyimpan barang di gudang?

Misalnya, PT Berdikari menargetkan penjualan 1.700 ton benang di periode berikutnya dan lead time produksi adalah 1 bulan. Maka, PT Berdikari perlu memiliki persediaan akhir barang jadi minimal 1/12 x 1.700 = 141,67 ton. Namun, perusahaan juga perlu mempertimbangkan biaya penyimpanan persediaan. Jika biaya penyimpanan persediaan tinggi, perusahaan mungkin ingin mengurangi jumlah persediaan akhir barang jadi.

7. Anggaran Harga Pokok Penjualan (HPP)

Anggaran harga pokok penjualan (HPP) menghitung total biaya produksi barang yang dijual. HPP ini mencakup biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Anggaran HPP ini penting untuk menentukan harga jual produk dan menghitung laba kotor perusahaan. Bayangin aja, kalau kita gak tahu berapa biaya produksi barang, gimana kita bisa menentukan harga jual yang menguntungkan?

Rumus sederhana untuk menghitung HPP adalah: HPP = Biaya Bahan Baku Langsung + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik + Persediaan Awal Barang Jadi - Persediaan Akhir Barang Jadi. Misalnya, PT Berdikari memiliki data sebagai berikut:

  • Biaya bahan baku langsung: Rp 28.800.000.000
  • Biaya tenaga kerja langsung: Rp 320.000.000
  • Biaya overhead pabrik: Rp 200.000.000
  • Persediaan awal barang jadi (200 ton x Rp 25.000.000/ton): Rp 5.000.000.000
  • Persediaan akhir barang jadi (300 ton x Rp 25.000.000/ton): Rp 7.500.000.000

Maka, HPP PT Berdikari adalah Rp 28.800.000.000 + Rp 320.000.000 + Rp 200.000.000 + Rp 5.000.000.000 - Rp 7.500.000.000 = Rp 26.820.000.000.

8. Anggaran Biaya Operasional

Anggaran biaya operasional mencakup semua biaya yang tidak terkait langsung dengan produksi, tetapi penting untuk menjalankan bisnis. Biaya operasional ini meliputi biaya pemasaran, biaya penjualan, biaya administrasi, dan biaya umum. Anggaran ini membantu perusahaan dalam mengendalikan biaya-biaya yang terkait dengan operasional perusahaan secara keseluruhan. Tanpa pengelolaan biaya operasional yang baik, perusahaan bisa kehilangan keuntungan meskipun penjualan tinggi.

Dalam menyusun anggaran biaya operasional, perusahaan perlu mengidentifikasi semua jenis biaya operasional dan memperkirakan besarnya masing-masing biaya. Beberapa biaya operasional mungkin bersifat tetap, seperti biaya sewa kantor dan gaji karyawan administrasi. Sementara itu, beberapa biaya operasional mungkin bersifat variabel, seperti biaya iklan dan komisi penjualan.

Misalnya, PT Berdikari memperkirakan biaya pemasaran sebesar Rp 100.000.000, biaya penjualan sebesar Rp 50.000.000, biaya administrasi sebesar Rp 75.000.000, dan biaya umum sebesar Rp 25.000.000. Maka, total biaya operasional PT Berdikari adalah Rp 100.000.000 + Rp 50.000.000 + Rp 75.000.000 + Rp 25.000.000 = Rp 250.000.000.

Contoh Kasus: PT Berdikari

Setelah membahas 8 jenis anggaran operasional, mari kita lihat gimana PT Berdikari bisa menerapkan anggaran-anggaran ini dalam praktiknya. Kita sudah punya beberapa data tentang PT Berdikari, seperti kapasitas produksi 2.000 ton per tahun, target penjualan 1.500 ton, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Dengan data ini, PT Berdikari bisa menyusun anggaran operasional yang komprehensif untuk tahun depan.

Misalnya, PT Berdikari bisa menyusun anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran biaya bahan baku langsung, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik, anggaran persediaan akhir barang jadi, anggaran HPP, dan anggaran biaya operasional seperti yang sudah kita bahas sebelumnya. Dengan adanya anggaran-anggaran ini, PT Berdikari bisa merencanakan dan mengendalikan semua aktivitas operasionalnya, mulai dari produksi hingga penjualan, dengan lebih efektif dan efisien.

Kesimpulan

Nah, itu dia guys, 8 jenis anggaran operasional perusahaan yang perlu kalian ketahui. Masing-masing anggaran punya peran penting dalam mengelola berbagai aspek operasional perusahaan. Dengan menyusun anggaran operasional yang komprehensif, perusahaan bisa merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi kinerja keuangannya dengan lebih baik. Semoga artikel ini bermanfaat ya! Jangan ragu untuk bertanya jika ada yang masih bingung. Sampai jumpa di artikel berikutnya!