Akruan Gaji: Cara Jurnal & Catat Rp1.100.000 Di Neraca Saldo
Hey guys! Pernah gak sih kalian denger istilah akruan gaji tapi masih bingung? Atau mungkin kalian lagi nyusun laporan keuangan dan nemuin angka akruan gaji yang belum dibayar? Nah, pas banget nih! Di artikel ini, kita bakal bahas tuntas tentang akruan gaji, khususnya gimana cara menjurnal dan mencatatnya ke dalam akun T di neraca saldo. Jadi, simak terus ya!
Apa Itu Akruan Gaji?
Sebelum kita masuk ke teknis penjurnalan, yuk kita pahami dulu apa itu akruan gaji. Gampangnya, akruan gaji itu adalah kewajiban perusahaan untuk membayar gaji kepada karyawan atas pekerjaan yang sudah mereka lakukan, tapi pembayarannya belum dilakukan sampai akhir periode akuntansi. Jadi, meskipun gaji belum dibayar secara tunai, perusahaan tetap harus mengakui adanya kewajiban ini di laporan keuangan.
Misalnya nih, karyawan sudah bekerja dari tanggal 25 Juni sampai 30 Juni, tapi perusahaan baru akan membayar gaji di tanggal 5 Juli. Nah, selisih gaji dari tanggal 25-30 Juni itulah yang disebut sebagai akruan gaji. Perusahaan harus mencatat akruan gaji ini di tanggal 30 Juni, meskipun uangnya belum keluar dari rekening perusahaan.
Kenapa akruan gaji itu penting? Karena akruan gaji mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara lebih akurat. Kalau perusahaan gak mencatat akruan gaji, laporan keuangannya bisa jadi misleading alias menyesatkan. Bayangin aja, laba perusahaan bisa kelihatan lebih besar dari yang sebenarnya karena beban gaji belum diakui sepenuhnya. So, penting banget buat kita memahami konsep akruan gaji ini ya!
Contoh Kasus: Akruan Gaji Rp1.100.000 per 30 Juni
Oke, sekarang kita masuk ke contoh kasus yang ada di judul, yaitu akruan gaji sebesar Rp1.100.000 per 30 Juni. Anggap aja ini adalah total gaji yang harus dibayarkan kepada karyawan atas pekerjaan yang sudah mereka lakukan di bulan Juni, tapi baru akan dibayar di bulan Juli.
Gimana cara menjurnal dan mencatat akruan gaji ini ke dalam akun T di neraca saldo? Nah, ini yang bakal kita bahas selanjutnya. Keep reading!
Langkah-Langkah Mencatat Akruan Gaji ke dalam Akun T
Untuk mencatat akruan gaji ke dalam akun T, kita perlu melakukan beberapa langkah. Tenang, gak ribet kok! Kita bahas satu per satu ya:
1. Identifikasi Akun yang Terpengaruh
Langkah pertama adalah mengidentifikasi akun apa saja yang terpengaruh dengan adanya akruan gaji ini. Dalam kasus ini, ada dua akun utama yang terlibat, yaitu:
- Beban Gaji: Akun ini masuk ke dalam kategori beban (expenses) di laporan laba rugi. Karena ada akruan gaji, maka beban gaji perusahaan di bulan Juni akan bertambah.
- Utang Gaji: Akun ini masuk ke dalam kategori kewajiban (liabilities) di neraca. Karena gaji belum dibayar, maka perusahaan memiliki utang kepada karyawan.
2. Buat Jurnal Penyesuaian
Setelah kita tahu akun apa saja yang terpengaruh, langkah selanjutnya adalah membuat jurnal penyesuaian. Jurnal penyesuaian ini penting banget untuk mencatat akruan gaji di akhir periode akuntansi. Bentuk jurnal penyesuaiannya seperti ini:
| Tanggal | Akun | Debit | Kredit |
|---|---|---|---|
| 30 Juni | Beban Gaji | Rp1.100.000 | |
| Utang Gaji | Rp1.100.000 | ||
| Mencatat akruan gaji |
Penjelasan:
- Debit Beban Gaji: Kita mendebit akun Beban Gaji karena beban gaji perusahaan bertambah. Ingat ya, dalam akuntansi, penambahan beban dicatat di sisi debit.
- Kredit Utang Gaji: Kita mengkredit akun Utang Gaji karena utang perusahaan bertambah. Penambahan utang dicatat di sisi kredit.
- Mencatat akruan gaji: Ini adalah keterangan singkat tentang transaksi yang kita catat.
3. Posting ke Akun T
Setelah jurnal penyesuaian dibuat, langkah selanjutnya adalah memposting jurnal tersebut ke dalam akun T. Akun T ini bentuknya sederhana, seperti huruf T besar, dan digunakan untuk mencatat perubahan saldo suatu akun. Kita buat akun T untuk Beban Gaji dan Utang Gaji.
Akun T Beban Gaji
| Debit | Kredit |
|---|---|
| Saldo Awal | |
| Rp1.100.000 | |
| Saldo Akhir: Rp1.100.000 |
Akun T Utang Gaji
| Debit | Kredit |
|---|---|
| Saldo Awal | |
| Rp1.100.000 | |
| Saldo Akhir: Rp1.100.000 |
Penjelasan:
- Beban Gaji: Kita mencatat Rp1.100.000 di sisi debit akun Beban Gaji, sehingga saldo akhirnya menjadi Rp1.100.000.
- Utang Gaji: Kita mencatat Rp1.100.000 di sisi kredit akun Utang Gaji, sehingga saldo akhirnya menjadi Rp1.100.000.
4. Masukkan ke Neraca Saldo Setelah Disesuaikan
Terakhir, kita masukkan saldo akhir dari akun Beban Gaji dan Utang Gaji ke dalam neraca saldo setelah disesuaikan. Neraca saldo setelah disesuaikan ini adalah daftar saldo semua akun setelah dilakukan penyesuaian (termasuk penyesuaian akruan gaji).
Di neraca saldo setelah disesuaikan, akun Beban Gaji akan muncul dengan saldo debit Rp1.100.000, dan akun Utang Gaji akan muncul dengan saldo kredit Rp1.100.000.
Kesimpulan
Nah, itu dia guys cara menjurnal dan mencatat akruan gaji ke dalam akun T di neraca saldo. Gak terlalu susah kan? Intinya, kita harus memahami konsep akruan gaji, mengidentifikasi akun yang terpengaruh, membuat jurnal penyesuaian, memposting ke akun T, dan memasukkan ke neraca saldo setelah disesuaikan.
Dengan memahami cara mencatat akruan gaji, kita bisa menyusun laporan keuangan yang lebih akurat dan informatif. Semoga artikel ini bermanfaat ya! Kalau ada pertanyaan, jangan ragu untuk tulis di kolom komentar di bawah. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!
FAQ (Frequently Asked Questions) tentang Akruan Gaji
1. Apa bedanya akruan gaji dengan utang gaji?
Sebenarnya, istilah akruan gaji dan utang gaji sering digunakan secara bergantian karena maknanya mirip. Keduanya merujuk pada kewajiban perusahaan untuk membayar gaji kepada karyawan atas pekerjaan yang sudah dilakukan, tapi belum dibayar. Hanya saja, istilah akruan gaji lebih sering digunakan dalam konteks jurnal penyesuaian di akhir periode akuntansi.
2. Kenapa akruan gaji harus dicatat di akhir periode akuntansi?
Akruan gaji harus dicatat di akhir periode akuntansi untuk mematuhi prinsip akuntansi akrual. Prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk mengakui pendapatan dan beban pada saat terjadinya, bukan pada saat kas diterima atau dibayarkan. Jadi, meskipun gaji belum dibayar secara tunai, beban gaji tetap harus diakui di periode yang bersangkutan.
3. Apa saja contoh lain dari akruan selain akruan gaji?
Selain akruan gaji, ada juga contoh akruan lainnya, seperti akruan pendapatan (pendapatan yang sudah diperoleh tapi belum diterima kasnya) dan akruan beban (beban yang sudah terjadi tapi belum dibayar kasnya). Contoh akruan beban lainnya adalah akruan bunga, akruan sewa, dan akruan pajak.
4. Bagaimana cara menghilangkan akruan gaji di periode berikutnya?
Akruan gaji akan hilang secara otomatis di periode berikutnya saat perusahaan membayar gaji kepada karyawan. Saat pembayaran gaji dilakukan, perusahaan akan menjurnal debit Utang Gaji dan kredit Kas. Jurnal ini akan menghilangkan saldo Utang Gaji yang sebelumnya sudah dicatat sebagai akruan.
5. Apakah akruan gaji berpengaruh pada pajak perusahaan?
Ya, akruan gaji bisa berpengaruh pada pajak perusahaan. Beban gaji (termasuk akruan gaji) merupakan salah satu pengurang penghasilan kena pajak perusahaan. Jadi, dengan mencatat akruan gaji, perusahaan bisa mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan. Namun, aturan perpajakan bisa berbeda-beda di setiap negara, jadi penting untuk berkonsultasi dengan ahli pajak untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.