Archaea & Eubacteria: Alasan Masuk Kingdom Monera

Guys, pernah gak sih kalian bertanya-tanya kenapa sih archaea dan eubacteria itu dikelompokkan dalam kingdom Monera? Padahal, kalau dilihat-lihat, kayaknya mereka beda banget. Nah, di artikel ini, kita bakal kupas tuntas alasan-alasan di balik pengelompokan ini. Siap? Yuk, langsung aja!

A. Tidak memiliki membran inti sel

Alasan utama kenapa archaea dan eubacteria dikelompokkan dalam kingdom Monera adalah karena keduanya tidak memiliki membran inti sel. Ini adalah ciri paling mendasar yang membedakan mereka dari kingdom-kingdom lain seperti Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Organisme yang tidak memiliki membran inti sel disebut sebagai prokariotik, sedangkan yang memiliki membran inti sel disebut eukariotik. Membran inti sel ini berfungsi untuk melindungi materi genetik (DNA) dari sel. Pada organisme prokariotik, DNA mereka berada langsung di dalam sitoplasma, tanpa ada pembatas yang jelas.

Kenapa sih membran inti sel ini penting banget? Membran inti sel memungkinkan organisme eukariotik untuk memiliki struktur sel yang lebih kompleks dan terorganisir. Dengan adanya membran inti sel, proses-proses seperti replikasi DNA, transkripsi, dan translasi dapat terjadi dengan lebih efisien dan terkontrol. Selain itu, keberadaan membran inti sel juga memungkinkan adanya organel-organel sel lainnya, seperti mitokondria dan kloroplas, yang memiliki fungsi-fungsi spesifik dalam sel. Jadi, ketiadaan membran inti sel pada archaea dan eubacteria adalah alasan utama kenapa mereka gak bisa masuk ke kingdom-kingdom lain yang anggotanya eukariotik.

Selain itu, perlu diingat bahwa meskipun archaea dan eubacteria sama-sama prokariotik, mereka memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal biokimia dan genetika. Misalnya, dinding sel eubacteria terbuat dari peptidoglikan, sedangkan dinding sel archaea tidak. Selain itu, archaea juga memiliki lipid membran yang berbeda dari eubacteria dan eukariota. Perbedaan-perbedaan ini menunjukkan bahwa archaea memiliki jalur evolusi yang berbeda dari eubacteria, meskipun keduanya sama-sama tidak memiliki membran inti sel. Namun, karena keduanya sama-sama prokariotik, mereka tetap dikelompokkan dalam kingdom yang sama, yaitu Monera.

B. Tidak memiliki ribosom

Ini nggak benar, guys! Justru, semua sel hidup, termasuk archaea dan eubacteria, memiliki ribosom. Ribosom adalah organel sel yang sangat penting karena berfungsi sebagai tempat terjadinya sintesis protein. Tanpa ribosom, sel nggak bisa menghasilkan protein yang dibutuhkan untuk menjalankan berbagai fungsi biologis. Jadi, kalau ada organisme yang nggak punya ribosom, bisa dipastikan organisme itu nggak bisa hidup.

Ribosom pada archaea dan eubacteria memang memiliki beberapa perbedaan dibandingkan ribosom pada organisme eukariotik. Misalnya, ukuran ribosom prokariotik (70S) lebih kecil dibandingkan ribosom eukariotik (80S). Selain itu, komposisi protein dan RNA yang membentuk ribosom juga berbeda. Namun, fungsi dasar ribosom tetap sama, yaitu untuk menerjemahkan kode genetik (mRNA) menjadi protein. Jadi, meskipun ada perbedaan dalam struktur dan komposisi, keberadaan ribosom adalah ciri universal yang dimiliki oleh semua sel hidup, termasuk archaea dan eubacteria.

Perlu diingat bahwa ribosom adalah target penting bagi banyak antibiotik. Antibiotik seperti tetrasiklin dan streptomisin bekerja dengan menghambat fungsi ribosom bakteri, sehingga bakteri nggak bisa menghasilkan protein dan akhirnya mati. Karena ribosom bakteri berbeda dengan ribosom manusia, antibiotik ini relatif aman untuk digunakan pada manusia. Namun, penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan resistensi antibiotik, yaitu kondisi di mana bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik harus bijaksana dan sesuai dengan resep dokter.

C. Tidak memiliki dinding sel

Ini juga kurang tepat, guys. Archaea dan eubacteria sama-sama memiliki dinding sel, meskipun komposisinya berbeda. Dinding sel adalah lapisan pelindung yang terletak di luar membran sel. Fungsinya adalah untuk memberikan bentuk dan dukungan struktural pada sel, serta melindungi sel dari tekanan osmotik dan kerusakan fisik. Tanpa dinding sel, sel bakteri bisa pecah karena tekanan osmotik.

Perbedaan komposisi dinding sel antara archaea dan eubacteria adalah salah satu ciri yang membedakan keduanya. Dinding sel eubacteria umumnya terbuat dari peptidoglikan, yaitu polimer yang terdiri dari gula dan asam amino. Peptidoglikan adalah target penting bagi banyak antibiotik, seperti penisilin dan sefalosporin. Antibiotik ini bekerja dengan menghambat pembentukan peptidoglikan, sehingga dinding sel bakteri menjadi lemah dan akhirnya pecah.

Sementara itu, dinding sel archaea nggak mengandung peptidoglikan. Komposisi dinding sel archaea sangat bervariasi, tergantung pada spesiesnya. Beberapa archaea memiliki dinding sel yang terbuat dari pseudopeptidoglikan, yang mirip dengan peptidoglikan tetapi memiliki struktur yang berbeda. Ada juga archaea yang memiliki dinding sel yang terbuat dari protein atau polisakarida lainnya. Perbedaan komposisi dinding sel ini menunjukkan bahwa archaea memiliki mekanisme yang berbeda dalam mempertahankan bentuk dan melindungi sel mereka dibandingkan dengan eubacteria.

D. Tidak memiliki membran sel

Wah, kalau ini jelas salah banget, guys! Semua sel hidup, termasuk archaea dan eubacteria, harus memiliki membran sel. Membran sel adalah lapisan tipis yang membatasi sel dan memisahkan bagian dalam sel dari lingkungan luar. Membran sel terbuat dari lapisan ganda lipid (fosfolipid) yang memiliki sifat amfifatik, yaitu memiliki bagian yang suka air (hidrofilik) dan bagian yang gak suka air (hidrofobik). Sifat ini memungkinkan membran sel untuk membentuk struktur yang stabil di lingkungan berair.

Fungsi membran sel nggak cuma sebagai pembatas aja, tapi juga mengatur keluar masuknya zat-zat ke dalam dan keluar sel. Membran sel memiliki protein-protein transmembran yang berfungsi sebagai saluran atau transporter untuk memfasilitasi pergerakan zat-zat tertentu. Selain itu, membran sel juga berperan dalam komunikasi antar sel dan pengenalan sel. Jadi, membran sel adalah komponen yang sangat penting bagi kehidupan sel.

Tanpa membran sel, sel gak bisa mempertahankan lingkungan internal yang stabil dan berbeda dari lingkungan luar. Akibatnya, sel gak bisa menjalankan fungsi-fungsi biologisnya dan akan mati. Jadi, keberadaan membran sel adalah syarat mutlak bagi kehidupan sel, dan archaea serta eubacteria sama-sama memilikinya.

E. Tidak memiliki sitoplasma

Sama seperti membran sel, sitoplasma adalah komponen penting yang harus dimiliki oleh semua sel hidup, termasuk archaea dan eubacteria. Sitoplasma adalah cairan kental yang mengisi bagian dalam sel. Di dalam sitoplasma terdapat berbagai macam organel sel dan molekul-molekul penting seperti protein, karbohidrat, lipid, dan asam nukleat.

Fungsi sitoplasma adalah sebagai tempat berlangsungnya berbagai reaksi metabolisme sel. Banyak enzim yang terlibat dalam reaksi-reaksi metabolisme berada di dalam sitoplasma. Selain itu, sitoplasma juga berfungsi sebagai media transportasi zat-zat di dalam sel. Organel-organel sel seperti ribosom dan DNA juga berada di dalam sitoplasma (pada sel prokariotik seperti archaea dan eubacteria).

Tanpa sitoplasma, sel gak bisa menjalankan reaksi-reaksi metabolisme yang penting untuk kelangsungan hidupnya. Selain itu, sel juga gak bisa mempertahankan lingkungan internal yang stabil dan terorganisir. Jadi, keberadaan sitoplasma adalah hal yang mutlak bagi kehidupan sel, dan archaea serta eubacteria sama-sama memilikinya.

Kesimpulan:

Jadi, jawaban yang paling tepat untuk pertanyaan di atas adalah A. Tidak memiliki membran inti sel. Meskipun archaea dan eubacteria memiliki perbedaan dalam beberapa aspek, keduanya dikelompokkan dalam kingdom Monera karena sama-sama gak memiliki membran inti sel, alias prokariotik. Semoga penjelasan ini bermanfaat ya, guys!