Bahasa Adalah: Definisi Dari 5 Ahli + Sintesis

Guys, pernah nggak sih kalian kepikiran, sebenernya bahasa itu apa sih? Kayaknya sepele banget ya, sehari-hari kita pakai terus. Tapi kalau ditanya mendalam, malah jadi bingung sendiri. Nah, di artikel kali ini, kita bakal bedah tuntas soal apa itu bahasa, dengan merujuk ke pendapat lima ahli keren, terus kita sintesisin biar makin nampol pemahamannya. Siap?

Definisi Bahasa Menurut Para Ahli: Siapa Saja Mereka?

Biar makin mantap, kita coba lihat dulu definisi bahasa dari kacamata para pakar. Ini penting banget lho, karena pemahaman kita tentang bahasa akan terbentuk dari fondasi yang kuat. Yuk, kita kenalan sama 5 ahli yang bakal kita jadikan rujukan:

1. Ferdinand de Saussure: Bahasa Sebagai Sistem Tanda

Nah, kalau ngomongin bahasa, nggak afdol rasanya kalau nggak nyebut nama Ferdinand de Saussure. Beliau ini adalah bapak linguistik modern, guys. Menurut Ferdinand de Saussure, bahasa itu pada dasarnya adalah sebuah sistem tanda (sign system). Maksudnya gimana? Begini, dalam bahasa, ada yang namanya signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier ini wujud fisiknya, misalnya bunyi kata 'rumah' atau tulisan 'rumah'. Nah, signified ini adalah konsep atau ide yang terbayang di kepala kita ketika mendengar atau membaca kata 'rumah' tadi. Yang keren dari pemikiran Saussure adalah dia bilang hubungan antara signifier dan signified ini arbitrer atau sewenang-wenang. Artinya, nggak ada hubungan logis kenapa kata 'rumah' itu merujuk pada bangunan tempat tinggal. Bisa aja di bahasa lain disebut 'house', 'maison', atau apalah. Yang penting, dalam satu sistem bahasa tertentu, ada kesepakatan bersama untuk menggunakan tanda itu merujuk pada konsep itu. Saussure juga menekankan bahwa bahasa itu sosial, artinya dia ada dan berfungsi dalam masyarakat. Tanpa masyarakat, bahasa nggak akan ada. Dia membedakan antara langue (bahasa sebagai sistem abstrak yang dimiliki bersama oleh masyarakat) dan parole (pelaksanaan bahasa oleh individu dalam ujaran konkret). Jadi, intinya, bahasa menurut Saussure adalah sistem tanda yang bersifat sosial dan arbitrer, terdiri dari penanda dan petanda yang saling berhubungan. Keren kan?

2. Noam Chomsky: Bahasa Sebagai Kemampuan Bawaan

Selanjutnya, ada nama besar lain di dunia linguistik, yaitu Noam Chomsky. Berbeda dengan Saussure yang lebih fokus pada sistem sosial, Noam Chomsky melihat bahasa dari sisi kognitif manusia. Menurut beliau, manusia itu dibekali kemampuan bawaan untuk berbahasa (innate language faculty). Chomsky berpendapat bahwa otak manusia memiliki semacam 'tata bahasa universal' atau Universal Grammar (UG) yang menjadi dasar semua bahasa di dunia. Jadi, anak-anak bisa belajar bahasa dengan cepat dan intuitif bukan karena mereka diajari secara ekstensif, tapi karena mereka memang sudah punya 'alat' bawaan untuk itu. UG ini kayak cetak biru yang memungkinkan anak-anak untuk memahami dan menghasilkan kalimat-kalimat yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Ini yang sering disebut 'kemiskinan stimulus' (poverty of the stimulus), di mana input bahasa yang diterima anak-anak itu terbatas, tapi mereka bisa menghasilkan output bahasa yang jauh lebih kompleks. Jadi, bahasa menurut Chomsky adalah kemampuan kognitif bawaan manusia yang memungkinkan penguasaan tata bahasa yang kompleks melalui Universal Grammar. Pendapat Chomsky ini revolusioner banget karena mengubah cara pandang kita tentang belajar bahasa, dari sekadar meniru menjadi proses aktif yang didukung oleh struktur mental bawaan.

3. Edward Sapir & Benjamin Lee Whorf: Bahasa Mempengaruhi Pikiran (Hipotesis Sapir-Whorf)

Nah, kalau dua ahli sebelumnya lebih fokus pada struktur dan kemampuan, Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf justru membawa kita ke hubungan yang lebih dalam antara bahasa dan cara kita berpikir. Hipotesis Sapir-Whorf ini bilang kalau struktur bahasa yang kita gunakan sehari-hari itu mempengaruhi cara kita memandang dan memahami dunia. Bukan cuma sekadar alat komunikasi, tapi bahasa juga membentuk realitas kita, guys. Misalnya, kalau dalam satu bahasa ada banyak kata untuk salju (kayak di bahasa Inuit), maka penuturnya akan punya persepsi yang lebih kaya dan detail tentang salju dibandingkan kita yang cuma punya satu kata 'salju'. Ini bukan berarti bahasa menentukan segalanya secara mutlak (determinisme linguistik), tapi lebih ke arah bahwa bahasa memberikan 'kacamata' tertentu dalam melihat dunia (relativitas linguistik). Jadi, bahasa menurut Sapir dan Whorf adalah lensa yang membentuk cara kita berpikir, mempersepsikan, dan mengorganisir pengalaman kita tentang realitas. Penting banget nih buat kita sadari, gimana bahasa yang kita pakai bisa jadi membentuk pandangan dunia kita sendiri.

4. Karl Bühler: Bahasa Sebagai Alat Komunikasi dan Ekspresi

Beralih ke ahli lain, Karl Bühler punya pandangan yang lebih fungsional tentang bahasa. Menurut Karl Bühler, bahasa itu utamanya berfungsi sebagai alat komunikasi dan ekspresi. Beliau punya model yang terkenal yaitu 'Organon Model'. Dalam model ini, bahasa punya tiga fungsi utama: representasi (menggambarkan objek atau peristiwa di dunia), ekspresi (menyatakan perasaan atau sikap penutur), dan apelasi (mempengaruhi pendengar). Jadi, setiap ujaran bahasa itu punya ketiganya, meskipun intensitasnya bisa berbeda-beda. Misalnya, ketika kamu bilang, "Hujan turun deras sekali," ini punya fungsi representasi (menggambarkan cuaca), ekspresi (mungkin kesal atau sekadar memberitahu), dan apelasi (bisa jadi ajakan untuk tidak keluar rumah). Bühler melihat bahasa itu kayak alat yang memfasilitasi interaksi antarmanusia dan pemahaman terhadap dunia. Jadi, bahasa menurut Bühler adalah instrumen multifungsi yang digunakan untuk mewakili dunia, mengekspresikan diri, dan mempengaruhi orang lain.

5. Otto Jespersen: Bahasa Sebagai Organisme yang Berkembang

Terakhir, kita punya Otto Jespersen. Beliau melihat bahasa ini kayak organisme hidup yang terus tumbuh dan berubah. Otto Jespersen mendefinisikan bahasa sebagai 'suatu kekuasaan yang hidup, yang tumbuh dan berkembang dari masa ke masa, yang tidak pernah statis'. Beliau menekankan bahwa bahasa itu dinamis. Dari waktu ke waktu, ada kata-kata baru yang muncul, kata-kata lama yang hilang, makna kata yang bergeser, dan struktur kalimat yang berevolusi. Jespersen juga bilang kalau perkembangan bahasa itu nggak selalu logis atau teratur, kadang ada aja perubahan yang aneh tapi tetap diterima oleh penuturnya. Beliau juga melihat ada kecenderungan dalam perkembangan bahasa, misalnya dari sintesis ke analisis (dari bentuk yang lebih rumit menjadi lebih sederhana dalam strukturnya) atau dari bentuk yang lebih kasar ke yang lebih halus. Jadi, bahasa menurut Jespersen adalah organisme hidup yang dinamis, terus berkembang dan berubah seiring waktu, dan memiliki kecenderungan evolusi tertentu. Ini penting banget buat kita inget, karena bahasa yang kita pakai sekarang pun pasti akan beda sama bahasa di masa depan.

Sintesis Definisi Bahasa: Ngobrolin Versi Kita!

Gimana, guys? Udah mulai kebayang kan apa itu bahasa dari kacamata para ahli? Sekarang, mari kita coba sintesisin semua pendapat keren tadi jadi satu pemahaman yang lebih utuh, versi kita sendiri. Gini deh:

• Bahasa itu Intinya Sistem Tanda Sosial: Kayak kata Saussure, bahasa itu paling fundamental adalah sistem tanda (kata, bunyi, tulisan) yang punya makna (konsep) di kepala kita. Tapi tanda ini nggak ada artinya kalau nggak dipakai sama orang banyak, alias sistem sosial. Dan hubungan antara tanda dan makna itu arbitrer, jadi kita sepakat aja pakainya begitu.
• Manusia Punya Bakat Alami untuk Berbahasa: Nah, kita sebagai manusia itu spesial. Kayak kata Chomsky, kita tuh kayak udah 'diprogram' buat bisa belajar bahasa. Otak kita punya kemampuan dasar buat ngertiin dan bikin kalimat. Ini yang bikin anak kecil bisa cepet banget ngerti bahasa, padahal belum diajarin detail banget.
• Bahasa Membentuk Cara Kita Mikir dan Lihat Dunia: Ini bagian yang bikin merinding tapi keren dari Sapir-Whorf. Bahasa yang kita pakai itu bukan cuma alat ngomong, tapi kayak 'filter' yang ngebentuk cara kita mikir, ngerasain, dan ngalamin dunia. Beda bahasa, bisa beda juga cara pandangnya.
• Bahasa Itu Alat Serbaguna: Bühler ngasih liat kalau bahasa itu punya banyak fungsi. Nggak cuma buat ngasih tau info (representasi), tapi juga buat ngungkapin perasaan (ekspresi) dan ngajak orang lain ngelakuin sesuatu (apelasi). Lengkap banget pokoknya!
• Bahasa Itu Nggak Pernah Mati, Terus Berubah: Terakhir, kayak kata Jespersen, bahasa itu kayak makhluk hidup. Dia nggak diem aja, tapi terus berubah, nambah kata, ngurangin kata, maknanya geser. Apa yang kita bilang sekarang, mungkin bakal beda banget buat anak cucu kita nanti.

Jadi, kalau disintesisin, bisa dibilang:

Bahasa adalah sebuah sistem tanda sosial yang arbitrer, yang merupakan kemampuan bawaan manusia, yang berfungsi sebagai alat komunikasi multifungsi untuk merepresentasikan dunia, mengekspresikan diri, dan mempengaruhi orang lain, sekaligus membentuk cara pandang kita terhadap realitas, dan ia terus berkembang secara dinamis seiring waktu.

Gimana, guys? Makin tercerahkan kan soal apa itu bahasa? Intinya, bahasa itu kompleks banget, tapi juga fundamental banget buat kehidupan kita. Dari definisi para ahli sampai sintesis kita sendiri, semoga pemahaman kalian jadi makin dalam ya. Jangan lupa, terus gunakan dan jaga bahasa kita dengan baik! Sampai jumpa di artikel selanjutnya! Stay curious!