Berpikir Divergen & Konvergen: Pengertian Dan Contohnya

Hey guys, pernah gak sih kalian denger istilah berpikir divergen dan konvergen? Mungkin sebagian dari kalian ada yang udah familiar, tapi ada juga yang baru pertama kali denger. Nah, di artikel ini kita bakal bahas tuntas tentang dua jenis pemikiran ini. Mulai dari pengertiannya, perbedaannya, sampai contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Yuk, simak baik-baik!

Apa Itu Berpikir Divergen?

Berpikir divergen adalah proses berpikir kreatif yang menghasilkan banyak ide atau solusi untuk suatu masalah. Singkatnya, ini adalah cara berpikir out of the box. Bayangin aja, kalau ada satu masalah, pikiran kita gak cuma fokus ke satu solusi aja, tapi justru bercabang-cabang mencari berbagai kemungkinan jawaban. Dalam berpikir divergen, kuantitas ide lebih diutamakan daripada kualitas pada tahap awal. Jadi, jangan takut untuk mengeluarkan ide-ide yang gila atau nyeleneh sekalipun! Tujuan utamanya adalah untuk menjaring sebanyak mungkin opsi sebelum dievaluasi lebih lanjut.

Dalam proses berpikir divergen, ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan. Pertama, kelancaran, yaitu kemampuan untuk menghasilkan ide dengan cepat dan mudah. Semakin lancar kita berpikir, semakin banyak ide yang bisa kita dapatkan. Kedua, fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk beralih dari satu ide ke ide lain dengan mudah. Ini penting agar kita tidak terpaku pada satu pola pikir saja. Ketiga, orisinalitas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang unik dan berbeda dari yang lain. Ide-ide orisinal inilah yang seringkali menjadi kunci untuk memecahkan masalah secara kreatif. Keempat, elaborasi, yaitu kemampuan untuk mengembangkan ide-ide yang sudah ada menjadi lebih detail dan komprehensif. Dengan elaborasi, ide-ide kita akan menjadi lebih matang dan siap untuk diimplementasikan.

Contoh sederhananya, bayangin kalian lagi brainstorming untuk mencari ide konten media sosial. Dengan berpikir divergen, kalian gak cuma mikirin konten video atau foto aja, tapi juga konten tulisan, infografis, podcast, bahkan mungkin bikin challenge atau giveaway. Semakin banyak ide yang muncul, semakin besar kemungkinan kalian menemukan ide yang benar-benar brilian dan menarik. Atau, contoh lain, saat kalian lagi nyari cara buat promosi produk baru. Dengan berpikir divergen, kalian bisa kepikiran buat ngadain event, bikin iklan di media sosial, kerjasama dengan influencer, ngasih diskon, atau bahkan bikin program loyalitas pelanggan.

Berpikir divergen ini sangat penting dalam berbagai bidang, mulai dari seni, desain, teknologi, bisnis, sampai pendidikan. Dalam dunia seni, berpikir divergen memungkinkan seniman untuk menciptakan karya-karya yang inovatif dan berbeda dari yang lain. Dalam dunia desain, berpikir divergen membantu desainer untuk menemukan solusi-solusi kreatif untuk masalah desain yang kompleks. Dalam dunia teknologi, berpikir divergen mendorong para inovator untuk menciptakan teknologi-teknologi baru yang mengubah dunia. Dalam dunia bisnis, berpikir divergen memungkinkan para pengusaha untuk menemukan peluang-peluang baru dan mengembangkan strategi-strategi yang sukses. Bahkan dalam dunia pendidikan, berpikir divergen membantu siswa untuk belajar lebih efektif dan mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan di abad ke-21.

Apa Itu Berpikir Konvergen?

Nah, setelah kita menghasilkan banyak ide dengan berpikir divergen, sekarang giliran berpikir konvergen. Berpikir konvergen adalah proses berpikir analitis yang menyaring dan mengevaluasi ide-ide yang sudah ada untuk menemukan satu solusi terbaik. Ini adalah cara berpikir yang fokus dan terarah. Kalau berpikir divergen itu seperti menyebar jaring selebar-lebarnya, berpikir konvergen itu seperti menarik jaring dan memilih ikan yang paling bagus.

Dalam berpikir konvergen, kita menggunakan logika, fakta, dan data untuk mengevaluasi setiap ide. Kita mempertimbangkan berbagai faktor, seperti biaya, waktu, sumber daya, dan risiko. Tujuannya adalah untuk memilih ide yang paling realistis, efektif, dan efisien. Berpikir konvergen ini sangat penting untuk memastikan bahwa ide-ide yang kita hasilkan tidak hanya kreatif, tetapi juga bisa diimplementasikan dengan sukses.

Proses berpikir konvergen melibatkan beberapa tahapan. Pertama, identifikasi kriteria evaluasi. Kita perlu menentukan kriteria apa saja yang penting untuk menilai setiap ide. Misalnya, jika kita sedang mencari solusi untuk masalah pemasaran, kriteria evaluasinya bisa meliputi biaya, jangkauan target pasar, potensi peningkatan penjualan, dan lain-lain. Kedua, evaluasi setiap ide berdasarkan kriteria. Kita perlu menganalisis setiap ide secara cermat dan menilai seberapa baik ide tersebut memenuhi setiap kriteria. Kita bisa menggunakan berbagai alat bantu, seperti matriks keputusan, analisis SWOT, atau analisis biaya-manfaat. Ketiga, pilih ide terbaik. Setelah mengevaluasi semua ide, kita perlu memilih ide yang paling memenuhi kriteria dan memiliki potensi keberhasilan tertinggi. Ide inilah yang akan kita kembangkan lebih lanjut dan implementasikan.

Contohnya, setelah kalian brainstorming ide konten media sosial dengan berpikir divergen, kalian akan mengevaluasi ide-ide tersebut dengan berpikir konvergen. Kalian akan mempertimbangkan ide mana yang paling relevan dengan target audiens kalian, ide mana yang paling mudah diproduksi, ide mana yang paling berpotensi viral, dan seterusnya. Akhirnya, kalian akan memilih beberapa ide terbaik untuk dijadikan konten. Atau, contoh lain, setelah kalian menemukan berbagai cara untuk promosi produk baru, kalian akan mengevaluasi cara-cara tersebut dengan berpikir konvergen. Kalian akan mempertimbangkan cara mana yang paling efektif untuk menjangkau target pasar kalian, cara mana yang paling sesuai dengan anggaran kalian, cara mana yang paling mudah diimplementasikan, dan seterusnya. Akhirnya, kalian akan memilih beberapa cara promosi yang paling optimal.

Berpikir konvergen sangat penting dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan perencanaan strategis. Dalam pengambilan keputusan, berpikir konvergen membantu kita untuk memilih opsi terbaik dari berbagai pilihan yang ada. Dalam pemecahan masalah, berpikir konvergen membantu kita untuk menemukan solusi yang paling efektif dan efisien. Dalam perencanaan strategis, berpikir konvergen membantu kita untuk merumuskan rencana yang realistis dan dapat dicapai.

Perbedaan Utama Berpikir Divergen dan Konvergen

Nah, sekarang kita udah tau apa itu berpikir divergen dan konvergen. Tapi, apa sih perbedaan utama antara keduanya? Biar lebih jelas, yuk kita bandingkan dalam tabel:

Dari tabel di atas, kita bisa lihat bahwa berpikir divergen dan konvergen itu punya tujuan dan proses yang berbeda. Berpikir divergen itu tentang menghasilkan ide sebanyak mungkin, tanpa terlalu memikirkan kualitasnya. Sedangkan berpikir konvergen itu tentang mengevaluasi ide-ide tersebut dan memilih satu yang terbaik.

Berpikir divergen itu lebih cocok digunakan saat kita menghadapi masalah yang kompleks dan belum punya gambaran solusi yang jelas. Sedangkan berpikir konvergen itu lebih cocok digunakan saat kita sudah punya banyak pilihan dan perlu memilih salah satu.

Kapan Menggunakan Berpikir Divergen dan Konvergen?

Penting untuk diingat bahwa berpikir divergen dan konvergen itu bukanlah dua jenis pemikiran yang saling bertentangan. Justru, keduanya saling melengkapi dan dibutuhkan dalam proses pemecahan masalah yang efektif. Jadi, kapan kita harus menggunakan berpikir divergen dan kapan kita harus menggunakan berpikir konvergen?

Secara umum, kita perlu menggunakan berpikir divergen terlebih dahulu untuk menghasilkan berbagai ide atau solusi. Ini adalah tahap eksplorasi di mana kita membuka diri terhadap berbagai kemungkinan dan mencoba untuk berpikir out of the box. Setelah kita punya banyak ide, barulah kita menggunakan berpikir konvergen untuk mengevaluasi dan memilih ide yang paling tepat. Ini adalah tahap penyaringan di mana kita menggunakan logika dan analisis untuk mempersempit pilihan.

Bayangin aja, misalnya kalian lagi mau liburan. Pertama, kalian akan menggunakan berpikir divergen untuk menentukan mau liburan ke mana aja. Kalian bisa mikirin pantai, gunung, kota, luar negeri, dan lain-lain. Setelah punya beberapa pilihan, barulah kalian menggunakan berpikir konvergen untuk memilih satu tujuan yang paling sesuai dengan budget, waktu, dan preferensi kalian.

Contoh Penerapan Berpikir Divergen dan Konvergen

Biar lebih kebayang lagi, yuk kita lihat beberapa contoh penerapan berpikir divergen dan konvergen dalam berbagai situasi:

• Menulis artikel: Pertama, berpikir divergen untuk menentukan topik, angle, dan ide-ide utama. Lalu, berpikir konvergen untuk menyusun struktur artikel, memilih informasi yang relevan, dan merangkai kalimat yang efektif.
• Mendesain produk: Pertama, berpikir divergen untuk menghasilkan berbagai konsep desain. Lalu, berpikir konvergen untuk memilih desain yang paling fungsional, estetis, dan sesuai dengan target pasar.
• Memecahkan masalah di tempat kerja: Pertama, berpikir divergen untuk mengidentifikasi akar masalah dan menghasilkan berbagai solusi. Lalu, berpikir konvergen untuk mengevaluasi solusi-solusi tersebut dan memilih solusi yang paling efektif.
• Merencanakan acara: Pertama, berpikir divergen untuk menentukan tema, aktivitas, dan detail-detail acara lainnya. Lalu, berpikir konvergen untuk menyusun jadwal, anggaran, dan daftar tugas yang realistis.

Cara Melatih Berpikir Divergen dan Konvergen

Berpikir divergen dan konvergen itu adalah keterampilan yang bisa dilatih. Semakin sering kita melatihnya, semakin baik kita dalam menghasilkan ide-ide kreatif dan mengambil keputusan yang tepat. Nah, gimana caranya melatih kedua jenis pemikiran ini?

Untuk melatih berpikir divergen, kalian bisa coba beberapa tips berikut:

• Brainstorming: Ajak teman atau kolega untuk brainstorming ide bersama. Jangan batasi diri dengan aturan atau kritik di awal. Biarkan ide mengalir bebas.
• Mind mapping: Buat peta pikiran untuk menghubungkan ide-ide yang berbeda. Ini bisa membantu kalian melihat hubungan yang tidak terlihat sebelumnya.
• Mencari inspirasi: Baca buku, nonton film, dengarkan musik, atau kunjungi tempat-tempat baru. Inspirasi bisa datang dari mana saja.
• **Bertanya