Cara Hitung PPh 21 & 25 PNS: Studi Kasus Salahudin

by ADMIN 51 views
Iklan Headers

Hey guys, kali ini kita bakal bahas tuntas cara menghitung PPh 21 dan PPh 25 untuk seorang PNS. Biar lebih seru, kita pakai studi kasus Bapak Salahudin, seorang PNS golongan IV/a. Yuk, simak penjelasannya!

Profil Bapak Salahudin

Sebelum kita mulai hitung-hitungan, kenalan dulu yuk sama profil Bapak Salahudin:

  • Status: PNS Golongan IV/a
  • NPWP: 02.045.2125.013
  • Status Perkawinan: Kawin dengan 3 anak
  • Tunjangan Istri: 10%
  • Tunjangan Anak: 2% (per anak)
  • Tunjangan Fungsional: Rp 3.000.000
  • Iuran Pensiun: 4,75%

Data-data ini penting banget untuk menghitung PPh 21 dan PPh 25 beliau. Jadi, pastikan kamu catat baik-baik ya!

Memahami PPh 21 dan PPh 25

Sebelum masuk ke perhitungan, ada baiknya kita pahami dulu apa itu PPh 21 dan PPh 25. PPh 21 itu Pajak Penghasilan yang dipotong setiap bulan dari gaji karyawan, termasuk PNS. Sementara, PPh 25 adalah angsuran pajak yang dibayarkan setiap bulan oleh Wajib Pajak (WP), termasuk PNS yang memiliki penghasilan di luar gaji.

Dalam kasus Bapak Salahudin, kita fokus ke PPh 21 karena dia seorang PNS yang penghasilan utamanya dari gaji. Tapi, kalau misalnya beliau punya usaha sampingan, baru deh kita hitung juga PPh 25-nya.

Dasar Hukum PPh 21

Nah, biar lebih mantap, kita juga perlu tahu dasar hukumnya. PPh 21 diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) dan peraturan turunannya. Peraturan ini sering berubah, jadi pastikan kamu selalu update dengan aturan terbaru ya. Beberapa peraturan penting yang perlu kamu tahu:

  • Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (beserta perubahannya)
  • Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang mengatur tentang PPh 21

Dengan memahami dasar hukumnya, kita jadi lebih yakin dan nggak salah dalam menghitung pajak.

Langkah-Langkah Menghitung PPh 21

Oke, sekarang kita masuk ke inti pembahasan, yaitu cara menghitung PPh 21. Ada beberapa langkah yang perlu kita lakukan:

1. Hitung Penghasilan Bruto Sebulan

Penghasilan bruto adalah total penghasilan yang diterima Bapak Salahudin dalam sebulan, termasuk gaji pokok, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan fungsional, dan lain-lain. Kita asumsikan gaji pokok Bapak Salahudin adalah Rp 8.000.000.

  • Gaji Pokok: Rp 8.000.000
  • Tunjangan Istri (10%): 10% x Rp 8.000.000 = Rp 800.000
  • Tunjangan Anak (2% x 3 anak): 6% x Rp 8.000.000 = Rp 480.000
  • Tunjangan Fungsional: Rp 3.000.000

Total Penghasilan Bruto Sebulan: Rp 8.000.000 + Rp 800.000 + Rp 480.000 + Rp 3.000.000 = Rp 12.280.000

2. Hitung Pengurangan

Pengurangan ini meliputi biaya jabatan dan iuran pensiun. Biaya jabatan adalah biaya yang dianggap dikeluarkan PNS untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Besarnya biaya jabatan adalah 5% dari penghasilan bruto, dengan batasan maksimal Rp 500.000 per bulan. Iuran pensiun adalah iuran yang dibayarkan Bapak Salahudin untuk dana pensiunnya.

  • Biaya Jabatan (5% dari Rp 12.280.000, maksimal Rp 500.000): Rp 500.000 (karena 5% dari Rp 12.280.000 adalah Rp 614.000, melebihi batas maksimal)
  • Iuran Pensiun (4,75%): 4,75% x Rp 8.000.000 = Rp 380.000

Total Pengurangan: Rp 500.000 + Rp 380.000 = Rp 880.000

3. Hitung Penghasilan Neto Sebulan

Penghasilan neto adalah penghasilan bruto dikurangi dengan total pengurangan.

Penghasilan Neto Sebulan: Rp 12.280.000 - Rp 880.000 = Rp 11.400.000

4. Hitung Penghasilan Neto Setahun

Penghasilan neto setahun adalah penghasilan neto sebulan dikalikan 12.

Penghasilan Neto Setahun: Rp 11.400.000 x 12 = Rp 136.800.000

5. Hitung Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PTKP adalah jumlah penghasilan yang tidak dikenakan pajak. Besarnya PTKP berbeda-beda tergantung status perkawinan dan jumlah tanggungan. Untuk status kawin dengan 3 anak (K/3), PTKP tahun 2024 adalah:

  • Untuk WP sendiri: Rp 54.000.000
  • Tambahan karena kawin: Rp 4.500.000
  • Tambahan per tanggungan (maksimal 3): 3 x Rp 4.500.000 = Rp 13.500.000

Total PTKP: Rp 54.000.000 + Rp 4.500.000 + Rp 13.500.000 = Rp 72.000.000

6. Hitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)

PKP adalah penghasilan neto setahun dikurangi dengan PTKP.

PKP: Rp 136.800.000 - Rp 72.000.000 = Rp 64.800.000

7. Hitung PPh 21 Terutang Setahun

PPh 21 terutang dihitung berdasarkan lapisan tarif pajak yang berlaku. Tarif PPh 21 tahun 2024 adalah:

  • 0 - Rp 60.000.000: 5%
  • Rp 60.000.000 - Rp 250.000.000: 15%
  • Rp 250.000.000 - Rp 500.000.000: 25%
  • Rp 500.000.000 - Rp 5.000.000.000: 30%
  • Di atas Rp 5.000.000.000: 35%

Dalam kasus Bapak Salahudin, PKP-nya Rp 64.800.000, jadi perhitungannya:

  • 5% x Rp 60.000.000: Rp 3.000.000
  • 15% x (Rp 64.800.000 - Rp 60.000.000): 15% x Rp 4.800.000 = Rp 720.000

Total PPh 21 Terutang Setahun: Rp 3.000.000 + Rp 720.000 = Rp 3.720.000

8. Hitung PPh 21 Terutang Sebulan

PPh 21 terutang sebulan adalah PPh 21 terutang setahun dibagi 12.

PPh 21 Terutang Sebulan: Rp 3.720.000 / 12 = Rp 310.000

Jadi, PPh 21 yang harus dibayarkan Bapak Salahudin setiap bulannya adalah Rp 310.000.

Menghitung PPh 25 (Jika Ada)

Seperti yang sudah dijelaskan di awal, PPh 25 adalah angsuran pajak untuk penghasilan di luar gaji. Jika Bapak Salahudin punya usaha sampingan, kita perlu hitung PPh 25-nya. Tapi, karena dalam kasus ini kita fokus ke penghasilan dari gaji sebagai PNS, maka PPh 25 tidak perlu dihitung.

Kesimpulan

Nah, itu dia guys cara menghitung PPh 21 dan PPh 25 untuk PNS. Dalam studi kasus Bapak Salahudin, kita sudah hitung PPh 21 yang harus dibayarkan setiap bulan adalah Rp 310.000. Semoga penjelasan ini bermanfaat ya! Jangan lupa, aturan pajak bisa berubah sewaktu-waktu, jadi pastikan kamu selalu update dengan informasi terbaru. Kalau ada pertanyaan, jangan ragu untuk tulis di kolom komentar ya!

Disclaimer: Artikel ini hanya bersifat informatif dan bukan merupakan nasihat pajak. Untuk perhitungan pajak yang lebih akurat, sebaiknya konsultasikan dengan ahli pajak.