Contoh Hitung PPh 21: Tuan Doni Berhenti Kerja 2024

by ADMIN 52 views
Iklan Headers

Guys, kali ini kita akan membahas contoh perhitungan PPh 21 untuk Tuan Doni yang berhenti bekerja di PT MJM pada tanggal 1 September 2024. Tuan Doni mulai bekerja di PT MJM sejak tahun 2020 dan memiliki status tidak menikah serta tidak memiliki tanggungan. Wah, kasus yang menarik nih! Perhitungan PPh 21 ini penting banget untuk dipahami, baik buat kamu yang bekerja di bagian HRD maupun buat karyawan itu sendiri. Dengan memahami perhitungan ini, kita bisa memastikan bahwa pajak yang dibayarkan sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Yuk, kita simak pembahasannya lebih lanjut!

Data Diri dan Status Kepegawaian Tuan Doni

Sebelum masuk ke perhitungan, kita perlu mengumpulkan dulu data-data penting terkait Tuan Doni. Data-data ini akan menjadi dasar perhitungan PPh 21 yang akurat. Berikut adalah rincian data Tuan Doni:

  • Nama: Tuan Doni
  • Mulai Bekerja: Tahun 2020
  • Berhenti Bekerja: 1 September 2024
  • Status Pernikahan: Tidak Menikah
  • Jumlah Tanggungan: Tidak Ada

Informasi ini sangat krusial karena status pernikahan dan jumlah tanggungan akan mempengaruhi besaran PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) yang menjadi faktor penting dalam perhitungan PPh 21. Dengan status tidak menikah dan tidak ada tanggungan, maka PTKP yang berlaku untuk Tuan Doni akan berbeda dengan karyawan yang sudah menikah atau memiliki tanggungan. Jadi, pastikan data ini sudah benar ya guys, sebelum kita lanjut ke tahap perhitungan!

Komponen Penghasilan Tuan Doni Selama Tahun 2024

Untuk menghitung PPh 21, kita juga perlu mengetahui komponen-komponen penghasilan yang diterima Tuan Doni selama tahun 2024. Komponen penghasilan ini bisa terdiri dari gaji pokok, tunjangan-tunjangan, bonus, atau penghasilan lainnya yang diterima selama bekerja di PT MJM. Semakin lengkap data penghasilan yang kita miliki, semakin akurat pula perhitungan PPh 21 yang akan kita dapatkan. Nah, berikut ini adalah contoh komponen penghasilan Tuan Doni selama tahun 2024 (data ini hanya contoh ya guys, angka sebenarnya bisa berbeda tergantung kebijakan perusahaan dan kondisi masing-masing karyawan):

  • Gaji Pokok: Rp 5.000.000 per bulan (Januari - Agustus)
  • Tunjangan Transportasi: Rp 500.000 per bulan (Januari - Agustus)
  • Tunjangan Makan: Rp 400.000 per bulan (Januari - Agustus)
  • Bonus: Rp 2.000.000 (Diterima pada bulan Juni)

Dengan data ini, kita bisa menghitung total penghasilan bruto Tuan Doni selama masa kerjanya di tahun 2024. Penghasilan bruto ini akan menjadi dasar untuk menghitung PPh 21 yang terutang. Jadi, pastikan semua komponen penghasilan sudah tercatat dengan benar ya guys.

Perhitungan Penghasilan Bruto

Setelah kita punya data komponen penghasilan, langkah selanjutnya adalah menghitung total penghasilan bruto Tuan Doni selama masa kerjanya di tahun 2024. Penghasilan bruto ini adalah total seluruh penghasilan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya seperti iuran pensiun atau biaya jabatan. Rumus sederhananya adalah: Total Penghasilan Bruto = Total Gaji Pokok + Total Tunjangan + Bonus (jika ada) + Penghasilan Lainnya.

Mari kita hitung penghasilan bruto Tuan Doni:

  • Total Gaji Pokok: Rp 5.000.000/bulan x 8 bulan = Rp 40.000.000
  • Total Tunjangan Transportasi: Rp 500.000/bulan x 8 bulan = Rp 4.000.000
  • Total Tunjangan Makan: Rp 400.000/bulan x 8 bulan = Rp 3.200.000
  • Bonus: Rp 2.000.000
  • Total Penghasilan Bruto: Rp 40.000.000 + Rp 4.000.000 + Rp 3.200.000 + Rp 2.000.000 = Rp 49.200.000

Nah, kita sudah dapat angka penghasilan bruto Tuan Doni sebesar Rp 49.200.000. Angka ini penting banget karena akan menjadi dasar untuk perhitungan PPh 21 selanjutnya. Pastikan kamu teliti dalam menghitung penghasilan bruto ini ya guys, karena sedikit kesalahan bisa berdampak pada perhitungan PPh 21 yang tidak akurat.

Pengurangan Penghasilan Bruto

Setelah mendapatkan angka penghasilan bruto, kita perlu mengurangi penghasilan tersebut dengan beberapa komponen pengurangan yang diperbolehkan oleh peraturan perpajakan. Pengurangan ini bertujuan untuk mendapatkan penghasilan neto, yaitu penghasilan yang akan menjadi dasar perhitungan PPh 21. Beberapa komponen pengurangan yang umum adalah biaya jabatan dan iuran pensiun. Biaya jabatan adalah biaya yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto, yang dihitung sebesar 5% dari penghasilan bruto, dengan batasan maksimal tertentu. Sedangkan iuran pensiun adalah iuran yang dibayarkan oleh karyawan ke dana pensiun yang disahkan oleh pemerintah.

Dalam kasus Tuan Doni, kita asumsikan hanya ada biaya jabatan sebagai pengurang penghasilan bruto. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

  • Biaya Jabatan: 5% x Rp 49.200.000 = Rp 2.460.000

Perlu diingat bahwa biaya jabatan memiliki batasan maksimal yang ditetapkan oleh peraturan perpajakan. Jika hasil perhitungan 5% dari penghasilan bruto melebihi batasan maksimal tersebut, maka yang digunakan adalah batasan maksimalnya. Namun, dalam kasus Tuan Doni, hasil perhitungan biaya jabatan masih di bawah batasan maksimal, sehingga kita bisa langsung menggunakan angka Rp 2.460.000 sebagai pengurang penghasilan bruto. Oke guys, kita lanjut ke perhitungan penghasilan neto ya!

Perhitungan Penghasilan Neto

Setelah kita menghitung pengurangan penghasilan bruto, langkah selanjutnya adalah menghitung penghasilan neto. Penghasilan neto adalah penghasilan yang menjadi dasar perhitungan PPh 21 setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang diperbolehkan. Rumus sederhananya adalah: Penghasilan Neto = Penghasilan Bruto - Pengurangan (Biaya Jabatan + Iuran Pensiun).

Dalam kasus Tuan Doni, kita sudah menghitung penghasilan bruto sebesar Rp 49.200.000 dan biaya jabatan sebesar Rp 2.460.000. Maka, penghasilan neto Tuan Doni adalah:

  • Penghasilan Neto: Rp 49.200.000 - Rp 2.460.000 = Rp 46.740.000

Nah, kita sudah mendapatkan angka penghasilan neto Tuan Doni sebesar Rp 46.740.000. Angka ini penting banget karena akan menjadi dasar untuk menghitung PPh 21 yang terutang. Selanjutnya, kita akan menghitung Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), yang akan mengurangi penghasilan neto sebelum dihitung pajaknya. Jadi, tetap simak ya guys!

Perhitungan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah jumlah penghasilan yang tidak dikenakan pajak. Besaran PTKP ini berbeda-beda tergantung status pernikahan dan jumlah tanggungan yang dimiliki oleh wajib pajak. Semakin besar PTKP, semakin kecil penghasilan yang dikenakan pajak, dan otomatis PPh 21 yang terutang juga akan semakin kecil. Pemerintah menetapkan besaran PTKP setiap tahunnya, jadi pastikan kita menggunakan angka yang berlaku untuk tahun pajak yang bersangkutan. Dalam kasus Tuan Doni, kita akan menggunakan angka PTKP yang berlaku di tahun 2024.

Karena Tuan Doni berstatus tidak menikah dan tidak memiliki tanggungan, maka PTKP yang berlaku untuknya adalah PTKP untuk kategori TK/0 (Tidak Kawin/Tidak Ada Tanggungan). Besaran PTKP TK/0 ini adalah sebesar Rp 54.000.000 per tahun. Angka ini akan menjadi pengurang penghasilan neto Tuan Doni sebelum dihitung PPh 21-nya. Penting untuk diingat bahwa PTKP ini bersifat tahunan, jadi jika Tuan Doni hanya bekerja selama beberapa bulan di tahun 2024, perhitungan PTKP-nya perlu disesuaikan. Kita akan bahas lebih lanjut di bagian berikutnya ya guys!

Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Setelah kita mengetahui besaran PTKP, langkah selanjutnya adalah menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP adalah penghasilan yang akan dikenakan pajak setelah dikurangi dengan PTKP. Rumus sederhananya adalah: PKP = Penghasilan Neto - PTKP. PKP ini akan menjadi dasar perhitungan PPh 21 yang terutang.

Namun, karena Tuan Doni berhenti bekerja pada tanggal 1 September 2024, maka PTKP yang diperhitungkan adalah PTKP yang disetahunkan. Artinya, PTKP dihitung secara proporsional sesuai dengan masa kerja Tuan Doni di tahun 2024. Dalam kasus ini, Tuan Doni bekerja selama 8 bulan (Januari - Agustus). Jadi, perhitungan PTKP yang disetahunkan adalah sebagai berikut:

  • PTKP Setahun: Rp 54.000.000
  • PTKP Sebulan: Rp 54.000.000 / 12 bulan = Rp 4.500.000
  • PTKP Tuan Doni (8 bulan): Rp 4.500.000 x 8 bulan = Rp 36.000.000

Dengan demikian, PTKP yang diperhitungkan untuk Tuan Doni adalah Rp 36.000.000. Sekarang kita bisa menghitung PKP Tuan Doni:

  • PKP: Rp 46.740.000 (Penghasilan Neto) - Rp 36.000.000 (PTKP) = Rp 10.740.000

Nah, kita sudah mendapatkan PKP Tuan Doni sebesar Rp 10.740.000. Angka ini akan menjadi dasar untuk menghitung PPh 21 yang terutang. Sekarang, yuk kita lihat bagaimana cara menghitung PPh 21 berdasarkan PKP ini guys!

Perhitungan PPh 21 Terutang

Setelah kita mendapatkan angka Penghasilan Kena Pajak (PKP), langkah terakhir adalah menghitung PPh 21 yang terutang. Perhitungan PPh 21 ini menggunakan tarif pajak progresif, yang artinya tarif pajak akan semakin tinggi seiring dengan meningkatnya PKP. Tarif pajak progresif ini diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh). Untuk tahun 2024, tarif pajak progresif yang berlaku adalah sebagai berikut:

  • Lapisan Penghasilan Kena Pajak
  • Sampai dengan Rp 60.000.000: Tarif Pajak 5%
  • Di atas Rp 60.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000: Tarif Pajak 15%
  • Di atas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000: Tarif Pajak 25%
  • Di atas Rp 500.000.000 sampai dengan Rp 5.000.0000: Tarif Pajak 30%
  • Di atas Rp 5.000.000.000: Tarif Pajak 35%

Karena PKP Tuan Doni adalah Rp 10.740.000, maka PKP ini masuk ke dalam lapisan penghasilan sampai dengan Rp 60.000.000. Jadi, tarif pajak yang berlaku adalah 5%. Perhitungan PPh 21 Tuan Doni adalah sebagai berikut:

  • PPh 21 Terutang: 5% x Rp 10.740.000 = Rp 537.000

Jadi, PPh 21 yang terutang atas penghasilan Tuan Doni selama tahun 2024 adalah sebesar Rp 537.000. Nah, angka ini adalah PPh 21 yang harus dipotong oleh PT MJM dari penghasilan Tuan Doni dan disetorkan ke kas negara. Gimana guys, sudah paham kan cara menghitung PPh 21 Tuan Doni? Semoga penjelasan ini bermanfaat ya!

Kesimpulan dan Tips

Dari contoh perhitungan di atas, kita bisa melihat bahwa perhitungan PPh 21 cukup kompleks dan melibatkan beberapa tahapan. Mulai dari menghitung penghasilan bruto, pengurangan penghasilan, PTKP, hingga akhirnya mendapatkan PPh 21 yang terutang. Setiap tahapan memiliki aturan dan ketentuan yang perlu diperhatikan agar perhitungan PPh 21 bisa akurat.

Beberapa tips yang bisa kamu terapkan dalam menghitung PPh 21 adalah:

  1. Pastikan data karyawan lengkap dan akurat. Data seperti status pernikahan, jumlah tanggungan, dan komponen penghasilan sangat penting untuk perhitungan PPh 21 yang benar.
  2. Gunakan angka PTKP yang berlaku untuk tahun pajak yang bersangkutan. Angka PTKP bisa berubah setiap tahun, jadi pastikan kamu menggunakan angka yang terbaru.
  3. Perhatikan masa kerja karyawan. Jika karyawan mulai atau berhenti bekerja di tengah tahun, perhitungan PTKP dan PPh 21 perlu disesuaikan secara proporsional.
  4. Manfaatkan aplikasi atau software perhitungan PPh 21. Ada banyak aplikasi atau software yang bisa membantu kamu menghitung PPh 21 secara otomatis. Ini bisa menghemat waktu dan mengurangi risiko kesalahan perhitungan.
  5. Selalu update dengan peraturan perpajakan terbaru. Peraturan perpajakan bisa berubah sewaktu-waktu, jadi pastikan kamu selalu mengikuti perkembangan terbaru agar perhitungan PPh 21 kamu tetap sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semoga artikel ini bermanfaat buat kamu ya guys! Jangan ragu untuk bertanya jika ada hal yang kurang jelas. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!