Contoh Soal Persediaan Barang X Dan Pembahasannya

Hey guys! Pernah gak sih kalian menghadapi soal-soal akuntansi tentang persediaan barang yang bikin pusing tujuh keliling? Nah, kali ini kita bakal bahas tuntas satu contoh soal tentang persediaan barang X dari PD. Amarta. Soal ini lumayan komprehensif, jadi pas banget buat kalian yang lagi belajar atau mau refresh materi akuntansi persediaan.

Soal: Transaksi Persediaan Barang X PD. Amarta

PD. Amarta melakukan transaksi terkait persediaan barang X selama bulan Desember 2024. Berikut adalah rincian transaksinya:

Pertanyaan:

Berdasarkan data transaksi di atas, hitunglah nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan (HPP) menggunakan metode:

1. FIFO (First-In, First-Out)
2. LIFO (Last-In, First-Out)
3. Rata-rata Tertimbang (Weighted Average)

Pembahasan Soal Persediaan Barang X

Sebelum kita masuk ke perhitungan, penting banget buat kita pahami dulu apa itu metode FIFO, LIFO, dan Rata-rata Tertimbang. Pemahaman ini akan jadi fondasi kuat buat kita menyelesaikan soal ini dengan benar.

Penjelasan Metode Persediaan: FIFO, LIFO, dan Rata-rata Tertimbang

• FIFO (First-In, First-Out): Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali masuk ke persediaan adalah barang yang pertama kali dijual. Jadi, persediaan akhir akan dinilai berdasarkan harga barang yang terakhir masuk.

  Dalam metode FIFO, kita bisa membayangkan seperti antrean di supermarket. Barang yang pertama ditaruh di rak (dibeli) akan pertama kali diambil oleh pelanggan (dijual). Ini berarti, nilai persediaan akhir kita akan mencerminkan harga barang yang terbaru, sementara HPP akan dihitung berdasarkan harga barang yang terlama.

  Metode ini cocok digunakan saat harga barang cenderung naik, karena akan menghasilkan HPP yang lebih rendah dan laba yang lebih tinggi. Tapi, ingat ya, ini hanya ilusi akuntansi. Secara riil, laba yang tinggi ini bisa jadi kena pajak lebih besar.

• LIFO (Last-In, First-Out): Nah, kalau LIFO ini kebalikannya FIFO. Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang terakhir masuk ke persediaan adalah barang yang pertama kali dijual. Jadi, persediaan akhir akan dinilai berdasarkan harga barang yang pertama masuk.

  Bayangkan tumpukan jerami. Petani cenderung mengambil jerami dari tumpukan paling atas (yang terakhir ditambahkan). Dalam LIFO, nilai HPP akan mencerminkan harga barang yang terbaru, sementara persediaan akhir dinilai berdasarkan harga barang yang terlama. Metode ini bisa jadi pilihan saat harga barang lagi naik-naiknya, karena bisa menghasilkan HPP yang lebih tinggi dan laba yang lebih rendah, sehingga pajak yang dibayarkan juga bisa lebih kecil.

  Tapi, penting untuk dicatat: Metode LIFO ini tidak diperbolehkan di beberapa negara, termasuk Indonesia, karena dianggap kurang mencerminkan kondisi riil perusahaan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia lebih memilih FIFO atau metode Rata-rata Tertimbang.

• Rata-rata Tertimbang (Weighted Average): Metode ini menghitung harga rata-rata per unit dengan cara membagi total biaya barang yang tersedia untuk dijual dengan total unit yang tersedia untuk dijual. Harga rata-rata ini kemudian digunakan untuk menghitung nilai persediaan akhir dan HPP.

  Metode Rata-rata Tertimbang ini bisa dibilang jalan tengah antara FIFO dan LIFO. Kita menghitung harga rata-rata dari semua barang yang tersedia, baik yang lama maupun yang baru. Harga rata-rata ini kemudian kita gunakan untuk menentukan nilai persediaan akhir dan HPP. Metode ini cocok buat kalian yang pengen menghindari fluktuasi harga yang terlalu besar, karena dampaknya akan lebih stabil dibandingkan FIFO atau LIFO.

  Jadi, sederhananya, kita jumlahkan semua biaya barang yang tersedia, lalu kita bagi dengan jumlah unit yang tersedia. Hasilnya, kita dapat harga rata-rata per unit. Harga rata-rata ini yang akan kita pakai untuk menghitung nilai persediaan akhir dan HPP.

Perhitungan Persediaan dengan Metode FIFO

Metode FIFO (First-In, First-Out) mengasumsikan bahwa barang yang pertama masuk adalah barang yang pertama keluar. Jadi, saat penjualan terjadi, kita asumsikan barang yang dijual adalah barang dari persediaan awal terlebih dahulu, baru kemudian dari pembelian.

• Penjualan 300 unit:

  • 200 unit dari persediaan awal @ Rp. 500.000
  • 100 unit dari pembelian @ Rp. 550.000

• Harga Pokok Penjualan (HPP):

  • (200 unit x Rp. 500.000) + (100 unit x Rp. 550.000) = Rp. 100.000.000 + Rp. 55.000.000 = Rp. 155.000.000

• Persediaan Akhir:

  • 300 unit dari pembelian @ Rp. 550.000 = Rp. 165.000.000

Perhitungan Persediaan dengan Metode LIFO

Metode LIFO (Last-In, First-Out) mengasumsikan bahwa barang yang terakhir masuk adalah barang yang pertama keluar. Jadi, saat penjualan terjadi, kita asumsikan barang yang dijual adalah barang dari pembelian terlebih dahulu, baru kemudian dari persediaan awal.

• Penjualan 300 unit:

  • 300 unit dari pembelian @ Rp. 550.000

• Harga Pokok Penjualan (HPP):

  • 300 unit x Rp. 550.000 = Rp. 165.000.000

• Persediaan Akhir:

  • 200 unit dari persediaan awal @ Rp. 500.000 = Rp. 100.000.000
  • 100 unit dari pembelian @ Rp. 550.000 = Rp. 55.000.000
  • Total Persediaan Akhir = Rp. 100.000.000 + Rp. 55.000.000 = Rp. 155.000.000

Perhitungan Persediaan dengan Metode Rata-rata Tertimbang

Metode Rata-rata Tertimbang menghitung harga rata-rata per unit dengan cara membagi total biaya barang yang tersedia untuk dijual dengan total unit yang tersedia untuk dijual.

• Total Biaya Barang Tersedia untuk Dijual:

  • (200 unit x Rp. 500.000) + (400 unit x Rp. 550.000) = Rp. 100.000.000 + Rp. 220.000.000 = Rp. 320.000.000

• Total Unit Tersedia untuk Dijual:

  • 200 unit + 400 unit = 600 unit

• Harga Rata-rata per Unit:

  • Rp. 320.000.000 / 600 unit = Rp. 533.333,33 (dibulatkan)

• Harga Pokok Penjualan (HPP):

  • 300 unit x Rp. 533.333,33 = Rp. 160.000.000 (dibulatkan)

• Persediaan Akhir:

  • 300 unit x Rp. 533.333,33 = Rp. 160.000.000 (dibulatkan)

Ringkasan Hasil Perhitungan

Berikut adalah ringkasan hasil perhitungan nilai persediaan akhir dan HPP menggunakan ketiga metode:

Kesimpulan

Dari pembahasan soal ini, kita bisa lihat bahwa pemilihan metode persediaan bisa sangat mempengaruhi nilai persediaan akhir dan HPP. Setiap metode punya karakteristik dan implikasi yang berbeda. Jadi, penting banget buat perusahaan untuk memilih metode yang paling sesuai dengan kondisi bisnisnya.

Semoga pembahasan soal ini bermanfaat ya, guys! Kalau ada pertanyaan atau mau request pembahasan soal lainnya, jangan ragu untuk komen di bawah. Sampai jumpa di artikel berikutnya!