Kitab Sejarah Kerajaan Singasari: Aji Saka Hingga Nagarakertagama

Guys, pernah kepikiran nggak sih gimana caranya kita tahu sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia zaman dulu? Salah satunya ya lewat kitab-kitab peninggalan mereka. Nah, kali ini kita mau ngobrolin soal kitab historiografi tradisional yang nyeritain silsilah raja-raja Kerajaan Singasari. Siapa aja sih raja-raja hebat itu, dan apa aja karya sastra yang jadi saksi bisu kejayaan mereka? Yuk, kita bedah bareng!

Memahami Historiografi Tradisional dan Genealogi Raja

Sebelum kita nyemplung ke kitab-kitabnya, penting banget nih buat kita paham dulu apa itu historiografi tradisional. Jadi, historiografi itu kan pada dasarnya adalah penulisan sejarah. Nah, kalau tradisional, berarti penulisan sejarah yang berkembang di masyarakat Indonesia sebelum terpengaruh sama gaya penulisan sejarah ala Barat. Ciri khasnya itu seringkali lebih banyak unsur mitos, legenda, dan juga fokus pada raja-raja serta kaum bangsawan. Nggak heran kalau banyak banget cerita yang bikin kita geleng-geleng kepala saking kerennya!

Terus, ada lagi istilah genealogi atau silsilah raja-raja. Ini penting banget karena di masa lalu, legitimasi seorang raja itu seringkali dilihat dari garis keturunannya. Siapa ayahnya, kakeknya, bahkan leluhurnya itu jadi bukti kalau dia memang pantas memimpin. Makanya, kitab-kitab historiografi tradisional ini sering banget detail banget nyeritain siapa lahir dari siapa, siapa nikah sama siapa, sampai keturunan keberapa. Ini kayak family tree versi kerajaan gitu, tapi dengan bumbu dramatis dan magis yang khas.

Nah, Kerajaan Singasari ini salah satu kerajaan penting di Jawa Timur yang punya sejarah panjang dan menarik. Banyak raja-raja hebat yang pernah berkuasa di sana, dari Ken Arok yang legendaris sampai kertanegara yang gagah berani. Untuk nyatet semua perjalanan mereka, para pujangga zaman dulu nulisin dalam bentuk kitab. Kitab-kitab ini bukan cuma buat catatan sejarah, tapi juga media buat ngasih tahu siapa sih penguasa yang sah dan punya hubungan sama tokoh-tokoh penting di masa lalu. Jadi, kalau kita ngomongin genealogi raja-raja Singasari, kita lagi ngomongin akar kekuasaan dan legitimasi mereka di mata masyarakat. Tanpa catatan ini, mungkin banyak banget cerita penting yang hilang ditelan zaman. Penting banget kan buat kita kenal sama kitab-kitab ini biar sejarah Indonesia makin kaya dan lengkap. Kita jadi bisa lihat gimana sih cara orang zaman dulu nyatat sejarah dan apa aja yang mereka anggap penting untuk dicatat. Ini juga nunjukkin kalau nenek moyang kita udah punya kesadaran sejarah yang tinggi.

Menyelami Kitab-Kitab Penting

Sekarang, mari kita fokus pada empat kitab yang sering banget disebut kalau ngomongin sejarah Singasari, yaitu Aji Saka, Pararaton, Mahabharata, dan Nagarakertagama. Empat-empatnya punya peran dan keunikan sendiri dalam merekam sejarah.

1. Aji Saka: Legenda Awal Mula

Ketika kita membahas tentang Aji Saka, sebenarnya kita lagi masuk ke ranah legenda yang sangat fundamental dalam sejarah Jawa. Aji Saka ini sering banget dianggap sebagai tokoh legendaris yang membawa aksara dan pemerintahan ke tanah Jawa. Meskipun nggak secara langsung menulis silsilah raja-raja Singasari, tapi cerita tentang Aji Saka ini penting sebagai fondasi mitologis. Kenapa? Karena banyak kerajaan setelahnya, termasuk Singasari, yang berusaha mengaitkan diri dengan tokoh-tokoh awal yang punya kekuatan spiritual atau kepemimpinan yang besar. Ini semacam cara untuk menunjukkan bahwa kekuasaan mereka itu punya akar yang kuat dan suci.

Cerita Aji Saka seringkali dibumbui dengan kisah-kisah kepahlawanan, kebijaksanaan, dan penciptaan sistem penanggalan yang menandai dimulainya sebuah era baru. Dalam konteks historiografi tradisional, tokoh seperti Aji Saka ini berfungsi sebagai prototipe raja atau pemimpin ideal. Jadi, walaupun bukan silsilah raja Singasari secara langsung, kemunculannya dalam cerita rakyat dan tradisi lisan membentuk persepsi tentang kepemimpinan yang kemudian mempengaruhi bagaimana raja-raja Singasari diceritakan dan dipandang. Bayangin aja, kalau ada raja baru, terus dia bisa nunjukkin kalau leluhurnya itu punya hubungan sama Aji Saka, wah, wibawanya langsung naik berlipat ganda! Ini semacam branding kerajaan zaman dulu gitu, guys. Jadi, Aji Saka ini lebih ke cerita asal-usul dan pembentukan nilai-nilai kepemimpinan yang kemudian diwariskan. Dia adalah simbol dari pengetahuan, keadilan, dan tatanan baru. Dalam beberapa versi, Aji Saka juga dikaitkan dengan penciptaan kalender Saka yang kemudian diadopsi dan digunakan oleh berbagai kerajaan di Nusantara, termasuk Singasari. Pengaruh ini menunjukkan betapa pentingnya warisan Aji Saka dalam membentuk peradaban Jawa.

2. Pararaton: Kitab Raja-Raja

Nah, kalau ngomongin silsilah raja-raja Singasari yang paling lengkap, Pararaton ini juaranya, guys! Kitab ini memang secara spesifik mencatat tentang raja-raja Jawa, mulai dari masa Kerajaan Kediri, Singasari, sampai Majapahit. Tapi, fokus utamanya seringkali tertuju pada periode Singasari, terutama kisah Ken Arok, pendiri kerajaan ini, beserta keturunannya. Pararaton ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuna dan penuh dengan kisah-kisah yang kadang bikin kita heran. Di dalamnya ada cerita tentang asal-usul Ken Arok yang unik, bagaimana dia merebut kekuasaan dari Tunggul Ametung, sampai bagaimana kerajaan Singasari akhirnya berkembang. Pararaton ini penting banget karena dia memberikan narrative yang detail tentang kehidupan para raja, intrik-intrik istana, bahkan sampai hal-hal yang bersifat supranatural. Makanya, kadang orang menyebutnya sebagai "Buku Para Raja".

Yang bikin Pararaton istimewa adalah gaya penulisannya yang kadang ngegas dan lugas. Nggak jarang ditemukan cerita-cerita yang cenderung sensasional, tapi justru itu yang bikin menarik dan mudah diingat. Misalnya, cerita tentang Ken Arok yang mendapatkan keris sakti dari Mpu Gandring. Kisah-kisah seperti ini nggak cuma jadi hiburan, tapi juga punya makna simbolis. Keris itu bisa jadi lambang kekuasaan, atau kekuatan yang dimiliki oleh seorang raja. Pararaton ini benar-benar jendela buat kita melihat bagaimana masyarakat pada masa itu memandang kekuasaan dan bagaimana mereka membangun narasi tentang para pemimpin mereka. Dia merekam pergantian kekuasaan, perebutan takhta, dan juga hubungan antara raja dengan tokoh-tokoh penting lainnya. Dengan membaca Pararaton, kita bisa membayangkan suasana politik dan sosial di Kerajaan Singasari. Ini adalah sumber primer yang tak ternilai bagi para sejarawan yang mempelajari periode ini. Keberadaan Pararaton memastikan bahwa kisah-kisah pendiri dan raja-raja Singasari tidak hilang begitu saja. Ini adalah harta karun sejarah yang harus kita jaga dan pelajari.

3. Mahabharata: Epik dari India, Pengaruhnya di Nusantara

Jujur aja nih, guys, Mahabharata aslinya kan bukan dari Indonesia. Ini adalah epos besar dari India yang dibawa masuk ke Nusantara. Tapi, pengaruhnya di Indonesia itu luar biasa banget! Kisah-kisah dari Mahabharata, terutama versi adaptasinya yang ada di Jawa, sering banget diadopsi dalam penulisan sejarah tradisional. Kenapa? Karena epos ini penuh dengan cerita tentang perang, perebutan kekuasaan, dharma (kebenaran), dan karma (akibat perbuatan). Nilai-nilai ini sangat relevan dengan kehidupan raja-raja dan kaum bangsawan di Nusantara. Jadi, para pujangga zaman dulu itu pintar banget. Mereka nggak cuma nyalin mentah-mentah, tapi mengadaptasi cerita Mahabharata supaya nyambung sama konteks lokal.

Dalam konteks genealogi raja-raja, kisah-kisah dari Mahabharata sering dijadikan analogi atau perbandingan. Misalnya, kalau ada raja yang berselisih dengan saudaranya, ceritanya bisa dibikin mirip sama kisah Pandawa dan Kurawa. Ini tujuannya buat ngasih pelajaran moral dan juga menunjukkan bahwa konflik kekuasaan itu adalah hal yang lumrah terjadi di mana pun dan kapan pun. Jadi, cerita di Pararaton atau kitab lainnya bisa jadi makin kaya karena diwarnai sama referensi dari Mahabharata. Meskipun nggak secara langsung mencatat silsilah raja Singasari, Mahabharata memberikan kerangka nilai dan narasi yang memperkaya pemahaman kita tentang bagaimana raja-raja pada masa itu dipandang dan bagaimana kisah mereka diceritakan. Epos ini menjadi semacam template untuk menceritakan kisah-kisah kepahlawanan, perjuangan, dan dilema moral yang dihadapi oleh para penguasa. Pengaruhnya terasa dalam wayang kulit, seni ukir, bahkan dalam cerita-cerita lisan yang terus berkembang. Kita bisa melihat bagaimana cerita epik asing ini bisa berakulturasi dan menjadi bagian dari identitas budaya Indonesia. Ini membuktikan fleksibilitas dan kemampuan adaptasi budaya kita.

4. Nagarakertagama: Catatan Keemasan

Terakhir, ada Nagarakertagama. Kitab ini ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi, saat Kerajaan Majapahit sedang berada di puncak kejayaannya. Nah, walaupun Nagarakertagama lebih fokus pada Majapahit, tapi dia juga seringkali nyebutin raja-raja pendahulu, termasuk raja-raja dari Kerajaan Singasari. Kenapa? Karena Majapahit itu kan dianggap sebagai penerus Singasari, jadi silsilahnya nyambung.

Nagarakertagama ini terkenal banget karena isinya yang sangat rinci. Nggak cuma nyeritain soal raja dan keluarganya, tapi juga ngasih gambaran lengkap tentang kehidupan sosial, keagamaan, ekonomi, bahkan sampai upacara-upacara kenegaraan di Majapahit. Ini kayak ensiklopedia kerajaan gitu! Kalau kita baca Nagarakertagama, kita bisa ngebayangin betapa megahnya Majapahit pada masanya. Kitab ini ditulis dalam bentuk kakawin (puisi Jawa Kuna) yang indah banget. Jadi, selain isinya berharga secara sejarah, bentuk sastranya juga memukau. Meskipun fokus utamanya bukan pada genealogi Singasari secara eksklusif, Nagarakertagama memberikan konteks penting tentang bagaimana Singasari dilihat oleh penerusnya, yaitu Majapahit. Kitab ini membantu kita memahami kesinambungan kekuasaan dan bagaimana Majapahit memposisikan dirinya sebagai pewaris sah dari kerajaan-kerajaan sebelumnya, termasuk Singasari. Keberadaannya memberikan gambaran yang lebih luas tentang lanskap politik di Jawa Timur pada masa itu. Kita bisa melihat bagaimana sejarah dicatat dan bagaimana sebuah dinasti membangun narasi tentang kebesaran mereka.

Siapa yang Menyimpan Silsilah Lengkap?

Setelah kita ngulik keempat kitab tadi, sekarang saatnya kita jawab pertanyaan utamanya, guys. Karya historiografi tradisional mana yang menampilkan genealogi/silsilah raja-raja Kerajaan Singasari secara lengkap?

Jawabannya jelas adalah Pararaton. Kenapa? Karena Pararaton ini memang secara spesifik dan detail mencatat silsilah raja-raja Singasari, mulai dari Ken Arok sampai raja-raja berikutnya. Kitab ini memberikan gambaran yang paling utuh tentang garis keturunan dan perjalanan kekuasaan di Singasari.

• Aji Saka lebih ke legenda awal mula dan pembawa peradaban, bukan silsilah.
• Mahabharata adalah epos asing yang pengaruhnya besar dalam nilai dan narasi, tapi bukan catatan silsilah raja Indonesia.
• Nagarakertagama fokus pada Majapahit, meskipun menyentuh Singasari sebagai pendahulu, tapi nggak sedetail Pararaton dalam hal silsilah Singasari.

Jadi, kalau ditanya soal silsilah raja-raja Singasari yang paling lengkap, Pararaton adalah jawabannya. Memang kadang ada perdebatan soal akurasi sejarahnya karena banyak unsur legenda, tapi nggak bisa dipungkiri, kitab inilah yang memberikan informasi paling kaya tentang genealogi raja-raja Singasari.

Kesimpulan: Kekayaan Sejarah Nusantara

Wah, ternyata seru ya guys ngomongin kitab-kitab kuno ini. Dari Aji Saka yang legendaris, Pararaton yang lugas, pengaruh Mahabharata yang mendalam, sampai Nagarakertagama yang megah, semuanya punya peran penting dalam merekam sejarah Kerajaan Singasari dan Indonesia secara umum. Historiografi tradisional ini adalah harta karun yang berharga. Mereka nggak cuma ngasih tahu kita siapa raja-raja yang pernah berkuasa, tapi juga ngasih gambaran tentang cara berpikir, nilai-nilai, dan pandangan dunia masyarakat pada masa itu. Memahami kitab-kitab ini berarti kita membuka pintu ke masa lalu dan belajar banyak dari warisan nenek moyang kita. Tetap semangat belajar sejarah ya, ya!