Orde Baru: Pancasila, UUD '45, Dan Demokrasi Semu

Guys, mari kita kulik sejarah Indonesia, khususnya masa Orde Baru. Kalian pasti pernah dengar kan tentang periode ini? Nah, kali ini kita akan membahas bagaimana Orde Baru lahir, tujuannya, dan bagaimana praktik demokrasi berjalan saat itu. Pertanyaan yang akan kita jawab adalah, dalam praktiknya, bagaimana sih demokrasi di era Orde Baru? Apakah benar-benar demokratis, atau ada hal lain yang terjadi?

Kelahiran Orde Baru: Sebuah Upaya Penegakan

Orde Baru lahir setelah gejolak politik yang luar biasa, yaitu tragedi G30S/PKI. Peristiwa ini mengguncang fondasi negara dan menyebabkan perubahan besar dalam tatanan politik dan sosial. Soekarno, sebagai presiden saat itu, secara perlahan mulai kehilangan dukungan dan pengaruhnya. Muncul tokoh-tokoh kuat militer yang kemudian mengambil alih kendali pemerintahan. Soeharto, sebagai salah satu jenderal yang berpengaruh, menjadi figur kunci dalam transisi kekuasaan ini.

Tujuan utama dari Orde Baru adalah menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945). Ini adalah janji yang diusung oleh pemerintah Orde Baru untuk mengakhiri kekacauan politik dan ekonomi yang terjadi pada masa sebelumnya. Mereka berjanji untuk menciptakan stabilitas politik, pembangunan ekonomi, dan penegakan hukum.

Namun, di balik tujuan mulia tersebut, terdapat realitas yang berbeda. Orde Baru menggunakan pendekatan yang sangat sentralistik dan otoriter. Kekuasaan terpusat pada presiden dan pemerintah pusat. Peran lembaga-lembaga negara lain, seperti legislatif dan yudikatif, menjadi terbatas. Kebebasan pers dan kebebasan berpendapat dibatasi secara ketat. Oposisi politik dibungkam. Semua ini dilakukan atas nama stabilitas dan pembangunan.

Peran Pancasila dan UUD '45

Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara dan dasar negara yang harus dipegang teguh oleh seluruh rakyat Indonesia. Setiap kebijakan dan peraturan perundang-undangan harus berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. Namun, interpretasi terhadap Pancasila seringkali disesuaikan dengan kepentingan penguasa. Kritik terhadap Pancasila dianggap sebagai bentuk pemberontakan terhadap negara.

UUD NRI Tahun 1945 juga dijadikan sebagai landasan hukum dalam menjalankan pemerintahan. Namun, dalam praktiknya, UUD NRI Tahun 1945 seringkali dimanipulasi dan diubah untuk kepentingan penguasa. Kekuasaan presiden diperkuat melalui berbagai aturan dan kebijakan. Hak-hak rakyat dibatasi.

Praktik Ketatanegaraan dan Demokrasi Semu

Nah, inilah inti dari pertanyaan kita. Bagaimana sebenarnya praktik demokrasi di era Orde Baru? Jawabannya adalah pseude demokratis atau demokrasi semu.

Meskipun ada pemilihan umum, pemilihan tersebut tidak berjalan secara jujur dan adil. Pemerintah melakukan intervensi dalam proses pemilihan, mulai dari penentuan partai politik yang boleh ikut pemilu hingga manipulasi hasil pemilihan. Golongan Karya (Golkar), sebagai partai politik yang didukung oleh pemerintah, selalu memenangkan pemilihan umum dengan perolehan suara yang sangat signifikan.

Kebebasan pers dan kebebasan berpendapat sangat dibatasi. Media massa, baik cetak maupun elektronik, berada di bawah pengawasan ketat pemerintah. Setiap kritik terhadap pemerintah akan ditindak tegas. Akibatnya, rakyat tidak memiliki akses terhadap informasi yang objektif dan independen.

Oposisi politik juga dibungkam. Partai politik yang tidak sejalan dengan pemerintah dibatasi aktivitasnya atau bahkan dilarang. Tokoh-tokoh oposisi seringkali ditangkap, dipenjara, atau bahkan dihilangkan.

Ciri-Ciri Demokrasi Semu

• Pemilu yang tidak jujur dan adil: Manipulasi dalam proses pemilihan, termasuk intervensi pemerintah dan manipulasi hasil.
• Pembatasan kebebasan pers: Pengawasan ketat terhadap media massa dan penindakan terhadap kritik.
• Pembungkaman oposisi politik: Pembatasan aktivitas partai politik oposisi, penangkapan, dan penindakan terhadap tokoh oposisi.
• Sentralisasi kekuasaan: Kekuasaan terpusat pada presiden dan pemerintah pusat, melemahkan peran lembaga negara lainnya.

Kesimpulan

Orde Baru lahir dengan tujuan yang baik, yaitu menegakkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 serta menciptakan stabilitas dan pembangunan. Namun, dalam praktiknya, Orde Baru menjalankan demokrasi yang pseude demokratis. Kekuasaan yang otoriter, pembatasan kebebasan, dan manipulasi politik menjadi ciri khas dari periode ini. Meskipun demikian, Orde Baru juga memiliki dampak positif, seperti pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi. Namun, harga yang harus dibayar adalah hilangnya kebebasan dan hak-hak rakyat.

Jadi, guys, jangan salah paham ya. Orde Baru memang memiliki sisi positif, tapi kita juga harus ingat sisi negatifnya. Penting bagi kita untuk belajar dari sejarah, agar kita bisa membangun demokrasi yang sejati di masa depan. Kita harus terus memperjuangkan kebebasan, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jawaban Soal

Jadi, jawaban yang tepat untuk pertanyaan di atas adalah A. Pseude demokratis. Dalam praktek ketatanegaraan, kehidupan demokrasi di era Orde Baru berjalan secara pseude demokratis.