Sistem Pemerintahan Kerajaan Majapahit: Struktur & Kekuasaan

Kerajaan Majapahit, sebagai salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara, memiliki sistem pemerintahan yang kompleks dan terstruktur dengan baik. Sistem pemerintahan kerajaan Majapahit ini menjadi salah satu faktor utama yang memungkinkan kerajaan tersebut bertahan dan mencapai puncak kejayaannya selama berabad-abad. Nah, buat kalian yang penasaran bagaimana sih sistem pemerintahan di Majapahit itu, yuk kita bahas lebih dalam!

Struktur Pemerintahan Majapahit

Struktur pemerintahan Majapahit bisa dibilang cukup modern untuk ukuran zamannya. Kerajaan ini tidak hanya dipimpin oleh seorang raja atau Maharaja, tetapi juga dibantu oleh sejumlah pejabat tinggi kerajaan yang memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing. Struktur ini memungkinkan pembagian tugas yang jelas dan efisien, sehingga roda pemerintahan bisa berjalan dengan lancar.

Di puncak hierarki pemerintahan, ada raja atau Maharaja. Raja adalah pemegang kekuasaan tertinggi dan dianggap sebagai representasi dewa di bumi. Segala keputusan penting harus melalui persetujuan raja. Namun, raja tidak bekerja sendirian. Beliau dibantu oleh Dewan Pertimbangan Agung atau Bhattara Sapta Prabhu. Dewan ini terdiri dari para bangsawan senior dan tokoh-tokoh berpengaruh yang memberikan nasihat kepada raja dalam berbagai hal, mulai dari masalah politik, ekonomi, hingga strategi militer. Keberadaan dewan ini menunjukkan bahwa raja tidak bertindak sewenang-wenang, tetapi mempertimbangkan berbagai sudut pandang sebelum mengambil keputusan.

Selain Dewan Pertimbangan Agung, ada juga sejumlah pejabat tinggi kerajaan yang memegang jabatan penting. Beberapa di antaranya adalah Rakryan Mahamantri Katrini, yaitu pejabat yang bertugas sebagai perdana menteri atau wakil raja. Rakryan Mahamantri Katrini memiliki peran yang sangat penting dalam menjalankan roda pemerintahan sehari-hari. Kemudian, ada juga Rakryan Mantri Hino, Rakryan Mantri Sirikan, dan Rakryan Mantri Halu yang masing-masing bertanggung jawab atas bidang-bidang tertentu dalam pemerintahan. Pembagian tugas ini membuat pemerintahan menjadi lebih efektif dan efisien.

Di tingkat daerah, Majapahit memiliki sistem pemerintahan yang juga terstruktur dengan baik. Wilayah kerajaan dibagi menjadi sejumlah provinsi atau Bhumi yang dipimpin oleh seorang Bupati atau Adipati. Bupati bertanggung jawab langsung kepada raja dan bertugas untuk menjaga keamanan, ketertiban, dan memungut pajak di wilayahnya. Selain itu, ada juga sejumlah desa atau Wanua yang dipimpin oleh seorang Rama. Rama bertanggung jawab atas urusan pemerintahan di tingkat desa dan menjaga hubungan baik dengan pemerintah pusat.

Sistem birokrasi Majapahit juga cukup kompleks. Ada sejumlah juru tulis atau Citralekha yang bertugas untuk mencatat segala urusan pemerintahan, mulai dari surat-surat keputusan, laporan keuangan, hingga catatan sejarah. Keberadaan juru tulis ini sangat penting untuk menjaga arsip kerajaan dan memastikan bahwa segala urusan pemerintahan terdokumentasi dengan baik. Jadi, bisa dibilang sistem pemerintahan Majapahit ini sudah sangat maju dan terorganisir ya, guys!

Kekuasaan dan Wewenang Raja

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, raja atau Maharaja memegang kekuasaan tertinggi dalam sistem pemerintahan Majapahit. Raja dianggap sebagai representasi dewa di bumi dan memiliki wewenang yang sangat besar. Segala keputusan penting harus melalui persetujuan raja, dan semua pejabat kerajaan bertanggung jawab langsung kepada raja. Namun, kekuasaan raja tidak bersifat mutlak. Raja harus memerintah dengan adil dan bijaksana, serta mempertimbangkan nasihat dari Dewan Pertimbangan Agung dan para pejabat tinggi kerajaan lainnya.

Salah satu wewenang utama raja adalah membuat undang-undang dan peraturan. Undang-undang ini berlaku untuk seluruh wilayah kerajaan dan harus ditaati oleh semua warga negara. Raja juga berwenang untuk menetapkan kebijakan-kebijakan penting dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, perdagangan, dan pertahanan. Kebijakan-kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkuat kerajaan.

Selain itu, raja juga memiliki wewenang dalam bidang keagamaan. Raja dianggap sebagai pelindung agama dan bertanggung jawab untuk menjaga keharmonisan antar umat beragama di wilayah kerajaan. Raja juga berwenang untuk menunjuk para pemuka agama dan memberikan dukungan kepada kegiatan-kegiatan keagamaan. Wewenang raja dalam bidang keagamaan ini menunjukkan bahwa agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Majapahit.

Raja juga memiliki kekuasaan tertinggi dalam bidang militer. Raja adalah panglima tertinggi angkatan bersenjata dan berwenang untuk menyatakan perang atau damai. Raja juga berwenang untuk mengangkat dan memberhentikan para perwira tinggi militer. Kekuatan militer Majapahit sangat penting untuk menjaga keamanan wilayah kerajaan dan melindungi kepentingan-kepentingan Majapahit di wilayah lain. Dengan kekuasaan dan wewenang yang besar ini, raja memiliki peran sentral dalam menjalankan roda pemerintahan Majapahit.

Birokrasi Pemerintahan

Birokrasi pemerintahan Majapahit terstruktur dengan rapi dan kompleks, menunjukkan tingkat organisasi yang tinggi pada masa itu. Struktur birokrasi ini memungkinkan kerajaan untuk mengelola wilayah yang luas dan beragam dengan efektif. Di pusat pemerintahan, terdapat sejumlah pejabat tinggi yang bertanggung jawab atas berbagai bidang administrasi. Rakryan Mahamantri Katrini, sebagai perdana menteri, memegang peranan kunci dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, mengkoordinasi berbagai departemen, dan menyampaikan kebijakan raja kepada pejabat di bawahnya.

Selain itu, terdapat pejabat-pejabat lain seperti Rakryan Mantri Hino, Sirikan, dan Halu yang masing-masing bertanggung jawab atas bidang-bidang spesifik seperti kehakiman, pertanian, dan urusan dalam negeri. Pembagian tugas yang jelas ini memungkinkan spesialisasi dan efisiensi dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan. Setiap departemen memiliki staf yang terdiri dari juru tulis (Citralekha) dan petugas administrasi lainnya yang bertugas mencatat, mengarsipkan, dan melaksanakan perintah dari atasan mereka.

Di tingkat daerah, birokrasi pemerintahan juga terstruktur dengan baik. Wilayah kerajaan dibagi menjadi provinsi (Bhumi) yang dipimpin oleh bupati atau adipati. Bupati bertanggung jawab kepada raja dan bertugas mengelola wilayahnya, termasuk memungut pajak, menjaga keamanan, dan melaksanakan proyek-proyek pembangunan. Bupati dibantu oleh sejumlah pejabat lokal yang bertugas mengelola berbagai aspek pemerintahan di tingkat provinsi.

Di tingkat desa (Wanua), pemerintahan dijalankan oleh kepala desa (Rama) yang dipilih oleh masyarakat setempat. Kepala desa bertanggung jawab atas urusan sehari-hari desa, seperti menjaga ketertiban, mengelola sumber daya, dan menyelesaikan sengketa antar warga. Kepala desa juga bertugas sebagai perantara antara masyarakat desa dan pemerintah pusat, menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah dan melaksanakan kebijakan pemerintah di tingkat desa. Sistem birokrasi yang terstruktur ini memungkinkan Majapahit untuk mengelola wilayahnya dengan efektif dan merespons kebutuhan masyarakat dengan cepat.

Hukum dan Keadilan

Sistem hukum dan keadilan di Kerajaan Majapahit cukup maju dan terstruktur, mencerminkan peradaban yang tinggi pada masa itu. Hukum di Majapahit tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk menjaga ketertiban dan keamanan, tetapi juga sebagai pedoman untuk menciptakan masyarakat yang adil dan harmonis. Sumber hukum utama di Majapahit adalah undang-undang kerajaan yang dikeluarkan oleh raja. Undang-undang ini mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari hukum pidana, hukum perdata, hingga hukum adat.

Selain undang-undang kerajaan, hukum adat juga memiliki peran penting dalam sistem hukum Majapahit. Hukum adat merupakan aturan-aturan yang berlaku secara turun-temurun di masyarakat dan diakui oleh kerajaan. Hukum adat biasanya digunakan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang terjadi di tingkat desa atau komunitas. Keberadaan hukum adat menunjukkan bahwa Majapahit menghargai kearifan lokal dan memberikan ruang bagi masyarakat untuk mengatur urusan mereka sendiri.

Sistem peradilan di Majapahit juga terstruktur dengan baik. Di tingkat pusat, terdapat Mahkamah Agung yang bertugas sebagai pengadilan tertinggi. Mahkamah Agung berwenang untuk mengadili kasus-kasus yang melibatkan pejabat tinggi kerajaan atau kasus-kasus yang memiliki dampak besar bagi kerajaan. Di tingkat daerah, terdapat pengadilan-pengadilan yang dipimpin oleh hakim-hakim yang ditunjuk oleh raja. Pengadilan-pengadilan ini bertugas mengadili kasus-kasus yang terjadi di wilayah masing-masing. Proses peradilan di Majapahit biasanya dilakukan secara terbuka dan transparan. Para pihak yang bersengketa memiliki hak untuk menyampaikan pendapat mereka dan membela diri.

Untuk menjaga keadilan, Majapahit memiliki sejumlah petugas penegak hukum yang bertugas untuk menangkap pelaku kejahatan dan membawa mereka ke pengadilan. Petugas penegak hukum ini biasanya berasal dari kalangan militer atau kepolisian kerajaan. Hukuman yang diberikan kepada pelaku kejahatan bervariasi, tergantung pada jenis kejahatan yang dilakukan. Beberapa jenis hukuman yang umum diberikan adalah denda, penjara, cambuk, atau bahkan hukuman mati. Sistem hukum dan keadilan yang terstruktur ini menunjukkan bahwa Majapahit memiliki komitmen yang kuat untuk menegakkan hukum dan menciptakan masyarakat yang adil. Jadi, bisa dibilang sistem hukum di Majapahit ini sudah cukup modern dan humanis ya!

Kesimpulan

Sistem pemerintahan Kerajaan Majapahit merupakan salah satu faktor kunci yang memungkinkan kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya. Dengan struktur pemerintahan yang kompleks dan terstruktur, pembagian kekuasaan yang jelas, birokrasi yang efisien, serta sistem hukum dan keadilan yang adil, Majapahit mampu mengelola wilayah yang luas dan beragam dengan efektif. Sistem pemerintahan ini juga menunjukkan bahwa Majapahit memiliki peradaban yang tinggi dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Semoga artikel ini bermanfaat ya, guys! Sampai jumpa di artikel berikutnya!