Tolok Ukur Perampingan BUMN Erick Thohir: Apa Saja?

Hey guys! Menteri BUMN Erick Thohir lagi gencar banget nih merampingkan perusahaan-perusahaan pelat merah. Bahkan, beliau nggak ragu untuk melepas sebagian ke swasta. Nah, dalam Rakernas Hipmi, Pak Erick sempat membahas tentang tolok ukur pemangkasan BUMN ini. Penasaran kan, apa aja sih tolok ukurnya? Yuk, kita bahas lebih dalam!

Apa Saja Tolok Ukur Perampingan BUMN yang Ditetapkan Erick Thohir?

Dalam upaya perampingan BUMN, Menteri Erick Thohir memiliki beberapa tolok ukur utama. Tolok ukur ini penting banget untuk memastikan bahwa langkah perampingan yang diambil itu efektif dan memberikan dampak positif bagi perusahaan serta negara. Jadi, nggak cuma asal pangkas aja ya, guys! Ada pertimbangan matang di baliknya. Berikut adalah beberapa tolok ukur yang menjadi perhatian Pak Erick:

1. Kesehatan Finansial Perusahaan

Kesehatan finansial menjadi salah satu tolok ukur utama dalam perampingan BUMN. Sebuah perusahaan dengan kondisi keuangan yang sehat tentu akan lebih menarik bagi investor dan memiliki potensi pertumbuhan yang lebih besar. Sebaliknya, perusahaan yang terus merugi dan memiliki utang yang menumpuk perlu dilakukan evaluasi secara mendalam. Apakah masih bisa diselamatkan atau lebih baik dilepas ke pihak swasta? Nah, ini yang jadi pertimbangan penting, guys. Erick Thohir menekankan bahwa BUMN harus memiliki fundamental keuangan yang kuat agar dapat bersaing di kancah global. Kesehatan finansial ini mencakup berbagai aspek, seperti profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan efisiensi operasional. Jadi, bukan cuma sekadar untung atau rugi aja ya. Ada banyak faktor yang perlu diperhatikan secara komprehensif.

2. Kontribusi Terhadap Perekonomian Nasional

BUMN itu kan punya peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Jadi, kontribusi BUMN terhadap perekonomian juga menjadi salah satu tolok ukur dalam perampingan. Perusahaan-perusahaan yang memiliki dampak signifikan terhadap sektor-sektor strategis, seperti energi, infrastruktur, dan pangan, tentu akan menjadi prioritas untuk dipertahankan dan dikembangkan. Namun, BUMN yang kontribusinya kurang optimal atau bahkan justru membebani negara perlu dievaluasi ulang. Apakah model bisnisnya perlu diubah, operasinya perlu diefisiensikan, atau bahkan perlu dilakukan merger atau akuisisi? Ini semua demi memastikan bahwa BUMN benar-benar memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian nasional. Kontribusi terhadap perekonomian nasional ini bisa diukur dari berbagai indikator, seperti pendapatan negara, penciptaan lapangan kerja, investasi, dan pengembangan teknologi.

3. Tingkat Inovasi dan Daya Saing

Di era globalisasi ini, inovasi dan daya saing menjadi kunci untuk memenangkan persaingan. BUMN yang mampu berinovasi dan menghasilkan produk atau layanan yang kompetitif tentu akan lebih sustain dan memberikan nilai tambah bagi negara. Sebaliknya, BUMN yang kurang inovatif dan kalah bersaing dengan perusahaan swasta perlu dilakukan pembenahan. Apakah perlu dilakukan investasi di bidang riset dan pengembangan, menjalin kemitraan strategis, atau bahkan mengubah model bisnis secara radikal? Erick Thohir menekankan bahwa BUMN harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan daya saingnya. Tingkat inovasi dan daya saing ini bisa dilihat dari kemampuan BUMN dalam menghasilkan produk atau layanan baru, meningkatkan efisiensi operasional, dan memperluas pangsa pasar.

4. Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG)

Tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) merupakan fondasi penting bagi keberlangsungan bisnis. BUMN yang menerapkan GCG dengan baik akan lebih transparan, akuntabel, dan bertanggung jawab dalam pengelolaan bisnisnya. Hal ini tentu akan meningkatkan kepercayaan investor dan stakeholder lainnya. Sebaliknya, BUMN yang tata kelolanya buruk rentan terhadap praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), yang pada akhirnya dapat merugikan perusahaan dan negara. Erick Thohir sangat menekankan pentingnya penerapan GCG di seluruh BUMN. Hal ini meliputi berbagai aspek, seperti struktur organisasi, sistem pengendalian internal, manajemen risiko, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

5. Kinerja Operasional dan Efisiensi

Kinerja operasional dan efisiensi merupakan tolok ukur penting lainnya dalam perampingan BUMN. Perusahaan yang mampu beroperasi secara efisien dan menghasilkan produk atau layanan berkualitas dengan biaya yang kompetitif tentu akan lebih menguntungkan. Sebaliknya, BUMN yang kinerjanya buruk dan biaya operasionalnya tinggi perlu dilakukan perbaikan. Apakah perlu dilakukan restrukturisasi organisasi, perbaikan proses bisnis, atau investasi di bidang teknologi? Erick Thohir menargetkan agar seluruh BUMN dapat meningkatkan efisiensi operasionalnya dan mencapai kinerja yang optimal. Kinerja operasional dan efisiensi ini bisa diukur dari berbagai indikator, seperti produktivitas, utilisasi aset, biaya produksi, dan tingkat kepuasan pelanggan.

Implikasi Perampingan BUMN

Perampingan BUMN ini tentu memiliki implikasi yang luas, baik bagi perusahaan, karyawan, maupun negara. Beberapa implikasi yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Efisiensi dan Profitabilitas

Dengan merampingkan BUMN, diharapkan perusahaan-perusahaan pelat merah ini dapat menjadi lebih efisien dan profitabel. Hal ini tentu akan memberikan manfaat bagi negara dalam bentuk dividen dan pajak yang lebih besar. Selain itu, BUMN yang sehat juga akan lebih mampu bersaing di pasar global dan memberikan kontribusi yang lebih signifikan bagi perekonomian nasional.

2. Restrukturisasi Organisasi dan Karyawan

Perampingan BUMN mungkin akan berdampak pada restrukturisasi organisasi dan karyawan. Beberapa posisi mungkin akan dihilangkan atau digabungkan, sementara karyawan mungkin akan dipindahkan ke unit kerja lain atau bahkan dirumahkan. Namun, Erick Thohir berjanji akan melakukan restrukturisasi ini dengan hati-hati dan memperhatikan kepentingan karyawan.

3. Peluang Investasi

Melepas sebagian saham BUMN ke swasta dapat membuka peluang investasi bagi pihak swasta. Hal ini dapat memberikan tambahan modal bagi BUMN untuk mengembangkan bisnisnya dan meningkatkan daya saingnya. Selain itu, masuknya investor swasta juga dapat membawa expertise dan jaringan yang lebih luas.

4. Peningkatan Layanan Publik

Dengan menjadi lebih efisien dan kompetitif, BUMN diharapkan dapat memberikan layanan publik yang lebih baik. Hal ini tentu akan memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas. Misalnya, BUMN di bidang transportasi dapat meningkatkan kualitas layanan dan memperluas jangkauan operasionalnya.

Kesimpulan

Jadi, guys, tolok ukur perampingan BUMN yang ditetapkan Menteri Erick Thohir itu meliputi kesehatan finansial, kontribusi terhadap perekonomian nasional, tingkat inovasi dan daya saing, tata kelola perusahaan yang baik, serta kinerja operasional dan efisiensi. Perampingan ini diharapkan dapat membuat BUMN menjadi lebih sehat, efisien, dan kompetitif, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi negara dan masyarakat. Gimana, udah makin paham kan sekarang?